Wahyudin Moridu: Dari Kursi DPRD, Candaan “Rampok Uang Negara” yang Berujung Kontroversi
Tangkapan Layar--ISTIMEWA
GORONTALO, RADARTVNEWS.COM - Nama Wahyudin Moridu, anggota DPRD Provinsi Gorontalo dari Fraksi PDI Perjuangan, tengah menjadi sorotan publik. Sebuah video yang memperlihatkan dirinya melontarkan pernyataan kontroversial viral di media sosial. Dalam video tersebut, Wahyudin terlihat duduk di dalam sebuah mobil bersama seorang wanita, sesumbar menyebut dirinya akan "merampok uang negara" dan "memiskinkan negara".
"Kita rampok aja uang negara ini. Kita habiskan saja, biar negara ini makin miskin," katanya sambil tertawa, disambut gelak dari sang wanita di sampingnya. Ia juga menyebut bahwa perjalanan mereka ke Makassar menggunakan uang negara.
Tak hanya itu, dalam video berdurasi singkat yang diduga direkam beberapa bulan lalu, Wahyudin bahkan mengaku sedang membawa "hugel" atau hubungan gelap dalam perjalanan tersebut. "Ini membawa hugel langsung ke Makassar menggunakan uang negara. Siapa ji Wahyudin Moridu? Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, nanti 2031 berenti, masih lama," ucapnya sambil menekan klakson dan tertawa.
Dari PSU ke Kursi DPRD
Wahyudin Moridu bukanlah figur baru di dunia politik Gorontalo. Ia adalah anak dari mantan Bupati Boalemo, Darwis Moridu. Dalam Pemilu Legislatif 2024, ia mencalonkan diri dari Dapil 6 Provinsi Gorontalo (Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato).
Awalnya, ia menempati posisi ketiga dengan 5.262 suara pada 14 Februari 2024. Namun, karena adanya gugatan ke Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Gorontalo menggelar Pemungutan Suara Ulang (PSU). Hasilnya, suara Wahyudin naik menjadi 5.654, cukup untuk mengantarnya ke kursi DPRD.
Permintaan Maaf di Tengah Gelombang Kecaman
Usai video tersebut ramai diperbincangkan, Wahyudin Moridu langsung mengunggah permintaan maaf melalui akun Facebook pribadinya. Ia mengakui bahwa ucapannya tidak pantas dan tak mencerminkan etika seorang pejabat publik.
"Saya sadar dan menyesal. Saya meminta maaf kepada masyarakat, pendukung, hingga keluarga saya," tulisnya.
Namun, permintaan maaf itu belum cukup untuk meredam amarah publik.
Rekam Jejak yang Penuh Kontroversi
Nama Wahyudin tidak asing dari kontroversi. Pada Maret 2020, ia pernah ditangkap di Jakarta bersama dua anggota DPRD lainnya karena kasus penyalahgunaan narkoba. Ia bahkan mengakui secara terbuka pernah kecanduan obat-obatan terlarang selama bertahun-tahun, sebelum akhirnya menjalani rehabilitasi.
Kini, sebagai anggota Komisi I DPRD Provinsi Gorontalo, sikap dan ucapannya kembali dipertanyakan publik.
Desakan dari Berbagai Pihak
Ketua Badan Kehormatan DPRD Provinsi Gorontalo, Fikram Salilama, menyatakan kekecewaannya. Ia menilai, pernyataan Wahyudin telah melanggar kode etik seorang wakil rakyat.
"Kalimat seperti 'memiskinkan negara' dan 'rampok uang negara' itu sangat tidak pantas keluar dari mulut anggota dewan," tegasnya.
Tiga organisasi mahasiswa — IMM, PMII, dan KAMMI Gorontalo — juga angkat suara. Mereka mendesak agar Wahyudin dikenai sanksi tegas, bahkan dipecat secara tidak hormat.
"Ini keterlaluan. Wahyu itu pejabat publik, mulut dan otaknya harusnya sinkron. BK harus menjatuhkan sanksi, dan partai yang menaunginya harus segera mencopot dia," kata Muhammad Arif Bina, Ketua DPD IMM Gorontalo.
Windy Olivia dari PMII menyebut, pernyataan Wahyudin adalah pengkhianatan terhadap amanah rakyat, sementara Rifaldi Halang dari KAMMI menilai permintaan maaf tidak cukup. "Sanksinya harus pemberhentian. Titik," tegasnya.
PDIP Akan Rapatkan Barisan
DPD PDI Perjuangan Provinsi Gorontalo dikabarkan akan menggelar rapat internal untuk membahas status Wahyudin Moridu. Sekretaris DPD, La Ode Haimudin, membenarkan bahwa pembahasan ini akan dilakukan malam ini, Jumat (19/9/2025).
Namun saat ditanya soal kemungkinan pemecatan Wahyudin, La Ode belum mau berbicara banyak. "Kami memiliki mekanisme internal yang harus dilalui," ujarnya singkat.
BACA JUGA:Hendrar Prihadi Dicopot dari Kepala LKPP, PDIP Hormati Keputusan Presiden Prabowo
Akhir dari Candaan yang Tak Lucu
Apa yang awalnya terdengar seperti candaan ringan di dalam mobil, kini menjadi bola panas yang mengancam karier politik Wahyudin Moridu. Dalam dunia politik, kata-kata bukan sekadar gurauan — ia adalah cerminan sikap, tanggung jawab, dan integritas.
Dan kini, publik menunggu: apakah Wahyudin akan diberi sanksi? Ataukah semuanya akan berakhir hanya sebagai "candaan yang keterlaluan"? Moridu: Dari Kursi DPRD, Candaan “Rampok Uang Negara” yang Berujung Kontroversi
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
