Pemprov DKI Adakan Pelatihan Bagi Sopir Mikrotrans yang Dinilai Ugal-Ugalan dan Tidak Ramah
Ilustrasi --ISTIMEWA
RADARTVNEWS.COM- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengambil langkah serius untuk meningkatkan kualitas layanan angkutan mikrotrans atau JakLingko, setelah muncul berbagai keluhan dari penumpang terkait perilaku sebagian sopir yang dinilai kurang profesional. Pemprov DKI akan memberikan pelatihan ulang bagi sopir-sopir mikrotrans yang dinilai ugal-ugalan.
Program peningkatan kompetensi ini akan dijalankan melalui TransJakarta Academy, sebuah pusat pelatihan dan sertifikasi yang berada di bawah PT TransJakarta. Melalui program ini, sopir akan mendapat pendampingan dan evaluasi agar mampu menyesuaikan diri dengan standar layanan transportasi publik yang lebih baik.
BACA JUGA:Transjakarta Gunakan Bus Listrik Buatan Jawa Tengah, Tak Lagi Impor dari China
Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Bidang Komunikasi Publik, menegaskan bahwa kebijakan ini bukan merupakan bentuk hukuman bagi sopir, melainkan langkah pembinaan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia, terutama dalam sektor pelayanan publik. Menurutnya, layanan transportasi yang aman dan nyaman harus dimulai dari kesiapan sopir dalam menjalankan tugasnya.
Selain pelatihan bagi sopir lama, TransJakarta juga membuka kesempatan bagi 1.000 sopir baru yang akan dididik secara intensif sebelum ditugaskan ke lapangan. Rekrutmen ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan sopir lama, tetapi untuk menambah kapasitas layanan serta memenuhi kebutuhan armada yang berkembang.
BACA JUGA:Pemkot Solo Larang Operasional Bajaj Sebagai Angkutan Umum
Bagi sopir lama, pelatihan ulang menjadi kewajiban untuk menjaga kualitas standar layanan. Mereka diwajibkan mengikuti program sertifikasi yang berlaku selama tiga tahun. Sopir yang dinilai kompeten akan kembali menjalankan mikrotrans di rute yang ada. Sementara itu, sopir yang gagal lulus ujian dua kali akan diarahkan untuk menerima pelatihan remedial tanpa biaya tambahan. Jika tetap tidak memenuhi standar yang ditetapkan, opsi relokasi ke rute lain seperti layanan non-mikrotrans (feeder BRT) akan dipertimbangkan.
Langkah evaluasi ini diambil menyusul meningkatnya laporan dari warga mengenai sopir yang berkendara dengan kecepatan tinggi, melanggar aturan lalu lintas, hingga bersikap tidak ramah kepada penumpang. Banyak laporan yang menyebutkan bahwa perilaku tersebut membuat pengguna layanan merasa tidak nyaman bahkan tidak aman.
BACA JUGA:Mulai 2026, Ribuan Angkot Tua di Bogor Tak Lagi Boleh Beroperasi
Program pembinaan sopir ini sejalan dengan komitmen Jakarta untuk mengembangkan sistem transportasi yang terintegrasi, aman, serta berorientasi pada kenyamanan masyarakat. Melalui peningkatan kompetensi SDM di sektor transportasi, pemerintah berharap keluhan penumpang dapat berkurang dan kepercayaan publik terhadap layanan JakLingko semakin meningkat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
