Hati-hati Terpapar Technostress, Ini Ciri-ciri dan Penanganannya

Hati-hati Terpapar Technostress, Ini Ciri-ciri dan Penanganannya

Ilustrasi-Foto : Jefri Ardi-

RADAR TV - Penggunaan teknologi secara terus menerus dan ketidakmampuan beradaptasi dengan derasnya teknologi dan informasi yang masuk dapat mempengaruhi mental dan tingkah laku, bahkan dapat menurunkan kinerja seseorang. Keadaan seperti ini biasanya disebut dengan istilah technostress

Istilah technostress muncul pada tahun 1984 dari psikologi klinis bernama Craig Brod, yang menjelaskannya sebagai penyakit modern yang disebabkan oleh ketidakmampuan menguasai atau bekerja sama dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam cara yang sehat (Ayyagari, 2007). 

Menurut Miftahun Najah Dosen Cyberpsychology Universitas Negeri Semarang mengatakan bahwa technostress ini memunculkan 2 dampak yaitu dampak positif dan negatif. Namun, cenderung dampak yang terjadi adalah dampak negatif. 

“Technostress merupakan gejala stres akibat penggunaan produk teknologi informasi. Seperti stress pada umumnya, technostress memberikan dampak positif (techno eustress) dan negatif (techno distress) tergantung bagaimana respon terhadapnya.  Namun pemaknaan yang umum dipakai untuk istilah technostress adalah dampak negatif dan cenderung merugikan dari penggunaan teknologi “ Ujarnya.  

Gejala technostress ini banyak muncul dalam lingkungan kerja karena sangat memungkinkan individu yang stress berteknologi akibat kelebihan beban kerja, khususnya mereka yang masih minim pengalaman. 

Penyebab lain technostress juga timbul dari berbagai hal seperti tugas yang berlebih (techno-overload), invasi oleh teknologi (techno-invasion), kompleksitas teknologi (techno-complexity), dan ketidakpastian teknologi (techno-uncertainty). 

Ayyagari et al. (2011) serta Sriwidharmanely et al. (2021) menyatakan bahwa individu yang mengalami technostress mengalami penurunan dalam produktivitas, kepuasan kerja, dan komitmen terhadap tempat kerja. Fenomena ini menurut Tarafdar et al. (2007) erat kaitannya dengan “Productivity Paradox” di mana ketidakmampuan dalam mengelola stress akan menghambat produktivitas. Semakin rendah tingkat technostress maka produktivitas semakin tinggi. Selain itu, stress yang diakibatkan juga dapat mengancam mental, fisik, emosional sehingga berisiko dapat mempengaruhi kesehatan fisik. 

Dosen Cyberpsychology tersebut juga mengungkapkan bahwa hal ini terjadi karena keadaan seseorang yang  terpapar teknologi dalam waktu yang lama. 

“Nah, salah satu penyebab technostress ini adalah keseringan menggunakan produk teknologi tertentu dengan durasi waktu yang lama. Tuntutan pekerjaan memang harus diselesaikan tapi terus-terusan menggunakan teknologi bisa berujung pada technostress” Ungkapnya. 

Di Indonesia berdasarkan survei penelitian Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis Vol. 6, Nomor 1, Februari 2023 yang dikeluarkan Universitas Nias Raya, dimana mayoritas respondennya adalah dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. 

Hasilnya  menyimpulkan bahwa indikator technostress yaitu techno-overload, techno-invasion, techno-complexity, techno insecurity, dan techno-uncertainty dapat mempengaruhi kinerja, dalam konotasi positif maupun negatif. 

Dalam konteks teori Person-Environment Fit, ketidaksesuaian (misfit) antara tuntutan lingkungan kerja dan kemampuan individu di dalamnya akan menimbulkan stress. Sehingga, suatu organisasi perlu mengelola kadar stress berteknologi pada level moderat, agar tidak menurunkan produktivitas kerja.

Lebih lanjut Miftah mengatakan bahwa technostress ini masih bisa dicegah. Tentu hal ini menjadi langkah yang baik yang dapat diterapkan. 

“Cara yang efektif untuk mencegahnya adalah memberi jeda dalam setiap penggunaan teknologi. Selain memberi waktu diri anda istirahat, pikiran dapat segar kembali dan siap untuk menyelesaikan tugas kerja. Berdasarkan berbagai penelitian, manusia hanya bisa fokus mengerjakan sesuatu selama kurang lebih 15-20 menit. Sama halnya dengan isi daya smartphone, memberikan jeda dalam setiap pekerjaan akan mengisi kembali daya fokus sehingga tugas bisa terselesaikan dengan baik” Ungkapnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: s. a. (2023). technostress dan pengaruhnya terhadap kinerja dosen perguruan tinggi di indonesia. balance: jurnal riset akuntansi dan bisinis