BANNER HEADER DISWAY HD

Pemerkosaan Massal 1998: Perempuan Tionghoa dan Derita yang Disangkal

Pemerkosaan Massal 1998: Perempuan Tionghoa dan Derita yang Disangkal

--

RADARTVNEWS.COM - Kerusuhan Mei 1998 merupakan salah satu babak paling kelam dalam sejarah Indonesia modern. Di tengah krisis ekonomi dan runtuhnya kepercayaan publik terhadap rezim Orde Baru, Jakarta dan sejumlah kota besar dilanda gelombang kekerasan, penjarahan, dan pembakaran. 

Namun, di balik kekacauan yang terjadi pada 13–15 Mei 1998, terselip tragedi kemanusiaan yang hingga kini masih menyisakan luka mendalam: pemerkosaan massal terhadap perempuan, terutama dari etnis Tionghoa.

Konteks Sosial dan Politik

Kerusuhan Mei 1998 terjadi di tengah situasi sosial-politik yang sangat genting. Krisis ekonomi yang melanda Asia sejak 1997 menghancurkan stabilitas ekonomi Indonesia, menyebabkan harga-harga melambung, pengangguran melonjak, dan kemiskinan meluas. 

Ketidakpuasan terhadap pemerintahan Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun memuncak dalam aksi-aksi demonstrasi mahasiswa dan masyarakat sipil. Dalam situasi itulah, kerusuhan pecah secara besar-besaran, dan kelompok minoritas Tionghoa menjadi sasaran utama kekerasan, baik secara fisik, ekonomi, maupun seksual.

Fakta Kekerasan Seksual dan Data Korban

Laporan resmi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk pemerintah menemukan setidaknya 85 kasus kekerasan seksual, termasuk 52 kasus pemerkosaan, 14 kasus pemerkosaan dengan penganiayaan, 10 kasus penyerangan seksual, dan 9 kasus pelecehan seksual yang terverifikasi hingga awal Juli 1998. 

Komnas Perempuan, berdasarkan data TGPF dan investigasi lapangan, menyebut jumlah korban kekerasan seksual dalam kerusuhan ini mencapai 168 orang, dengan 152 korban di Jakarta dan sekitarnya, serta 16 korban di Solo, Medan, Palembang, dan Surabaya. 

Namun, banyak pihak meyakini angka sebenarnya jauh lebih besar, mengingat banyak korban yang tidak melapor karena trauma, rasa malu, atau ancaman terhadap keselamatan mereka.

Sebagian besar korban adalah perempuan Tionghoa, yang menjadi target utama dalam kekerasan ini. Modus yang terjadi sangat brutal: para pelaku, umumnya berkelompok, masuk ke rumah-rumah, menjarah, dan memperkosa perempuan di depan keluarga atau bahkan di tempat umum. 

Banyak korban yang mengalami pemerkosaan bergilir (gang rape), penganiayaan fisik berat, hingga kehilangan nyawa. Kesaksian dokter dan relawan kemanusiaan yang merawat para korban memperkuat fakta bahwa kekerasan seksual terjadi secara nyata dan sistematis. 

Salah satu dokter relawan, Lie, menceritakan bagaimana ia menemukan korban dalam kondisi nyaris telanjang, ditarik-tarik oleh empat lelaki, dengan luka memar di sekujur tubuh dan perdarahan hebat.

Mengapa Perempuan Etnis Tionghoa Menjadi Sasaran?

Perempuan etnis Tionghoa menjadi sasaran utama kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998 karena kombinasi faktor sosial, ekonomi, dan budaya. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: