Evakuasi Hari Keenam Ponpes Al Khoziny: Korban Selamat Bertambah Jadi 104 Orang
-Dok. Kemensos-
SIDOARJO, RADARTVNEWS.COM - Upaya penyelamatan di reruntuhan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, SIDOARJO, memasuki hari keenam dengan langkah yang lebih teknis dan terukur. Tim Search and Rescue (SAR) gabungan mulai mengoperasikan alat berat ekskavator untuk mempercepat pembukaan jalur evakuasi tanpa mengurangi kehati-hatian dalam penanganan korban.
Kepala Kantor Basarnas Surabaya, Nanang Sigit, menjelaskan penggunaan alat berat dilakukan secara hati-hati dengan pengawasan langsung dari tim keselamatan. “Saat ekskavator bekerja, ada tim safety officer yang selalu memantau. Jika ada tanda-tanda keberadaan korban, operator alat berat akan segera dihentikan dan proses dilanjutkan secara manual menggunakan peralatan ekstrikasi,” ujarnya, Sabtu (4/10/2025).
Peralatan ekstrikasi digunakan untuk menjangkau area sempit dan rapuh, seperti pemotong serta pemecah beton. Menurut Nanang, cara ini memastikan tubuh korban dapat dievakuasi tanpa risiko kerusakan akibat penggunaan alat berat. “Evakuasi tubuh korban tidak dilakukan dengan ekskavator. Begitu ada akses menuju titik target, barulah proses evakuasi dilakukan manual,” tambahnya.
Untuk memaksimalkan waktu, pencarian dilakukan selama 24 jam penuh dengan sistem pembagian sektor. Area reruntuhan dibagi menjadi empat sektor utama, yaitu A1, A2, A3, dan A4. Setiap sektor ditangani oleh tim gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, PMI, dan relawan. “Pembagian sektor ini memudahkan koordinasi dan memfokuskan pencarian ke titik-titik yang diperkirakan ada korban,” jelas Nanang.
Hingga Sabtu siang (4/10/2025), jumlah korban tercatat sebanyak 167 orang. Dari total tersebut, 14 orang dinyatakan meninggal dunia, 104 berhasil diselamatkan, dan 49 lainnya masih dalam pencarian. Nanang menegaskan bahwa angka 49 orang hilang belum bisa dijadikan acuan pasti karena masih ada kemungkinan santri pulang tanpa memberi kabar.
“Seperti kemarin, ada laporan hilang, ternyata anaknya atas nama Ibnu asal Surabaya tidak berada di lokasi. Jadi angka 49 itu belum bisa dipastikan benar-benar akurat,” tuturnya. Kasus Ibnu menjadi contoh bahwa data korban hilang masih dinamis. Santri tersebut sempat dilaporkan hilang oleh orang tuanya sebelum akhirnya muncul dan bertemu keluarganya di ponpes pada Jumat (3/10).
BACA JUGA:Golden Time Usai, Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny Gunakan Alat Berat
BACA JUGA:Cak Imin Angkat 4 Santri Ponpes Sidoarjo Jadi Anak Angkat, Biayai Hingga Kuliah
Nanang menjelaskan, santri itu menyelamatkan diri ketika bangunan ambruk lalu pergi ke rumah rekannya tanpa memberi kabar kepada orang tua. “Kemarin ada santri satu datang atas nama Ibnu, dia dilaporkan hilang oleh orang tuanya. Orang tuanya menunggu di sini, waktu anaknya datang baru kami update data yang selamat,” katanya.
Basarnas Surabaya mencatat, dengan temuan itu, total korban menjadi 118 orang, terdiri dari 14 meninggal dunia dan 104 selamat. Jumlah korban selamat bertambah setelah satu santri yang sebelumnya hilang diketahui berada dalam kondisi aman. Penambahan data tersebut berasal dari laporan wali santri yang disampaikan pada Jumat malam.
Sementara itu, hingga pukul 23.00 WIB Jumat malam, tim SAR kembali menemukan satu korban meninggal dunia di sektor A4. Temuan ini menambah jumlah korban meninggal yang sebelumnya 13 orang menjadi 14 orang. Proses pencarian masih difokuskan pada pembukaan akses material reruntuhan dengan alat berat, namun tetap diawasi ketat agar tidak membahayakan korban yang masih tertimbun.
Menurut Nanang, hingga kini sekitar 60 persen material bangunan sudah berhasil dibongkar. Meski demikian, ia menegaskan bahwa pembongkaran bukan tujuan utama. “Tujuan utama bukan merobohkan seluruh bangunan, melainkan membuka akses untuk mempercepat evakuasi. Kalau sudah ada tanda-tanda korban, proses akan langsung dihentikan untuk dilakukan evakuasi,” ujarnya.
Setiap sektor pencarian juga dilengkapi petugas keselamatan yang memantau secara visual. Hal ini dilakukan untuk memastikan seluruh proses berjalan sesuai standar operasional serta menjamin keselamatan tim dan korban. “Keselamatan tetap menjadi prioritas. Baik korban hidup maupun yang meninggal, semuanya harus ditangani dengan penuh rasa hormat,” tegas Nanang.
Ia menyebut operasi pencarian direncanakan berlangsung selama tujuh hari, namun dapat diperpanjang bila ditemukan tanda-tanda keberadaan korban. “Secara matematis, proses kemungkinan bisa selesai hari ini, maksimal besok, tetapi tetap bergantung pada situasi di lapangan,” ujarnya. Hingga kini, seluruh tim SAR terus bekerja siang malam demi mempercepat evakuasi sekaligus memastikan setiap korban tertangani dengan layak.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
