5 Langkah Sederhana Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Kesibukan
ilustrasi--foto: freepik.com
Di tengah kesibukan sehari-hari, banyak orang merasa lelah tanpa tahu persis apa yang membuatnya begitu letih. Rutinitas yang padat, tuntutan pekerjaan, kewajiban rumah, dan derasnya arus informasi sering kali membuat seseorang kehabisan energi, meski secara fisik tidak banyak melakukan aktivitas berat. Rasa lelah semacam ini bisa jadi bukan berasal dari tubuh, melainkan dari pikiran yang terus aktif tanpa jeda. Jika dibiarkan, kondisi tersebut dapat memengaruhi produktivitas, suasana hati, bahkan kesehatan secara menyeluruh.
Menjaga kesehatan mental tak selalu membutuhkan biaya besar atau liburan jauh. Dengan mengenali kebutuhan emosional diri dan memberi ruang bagi diri untuk beristirahat, kita bisa mulai memulihkan diri dari hal-hal sederhana. Berikut lima langkah ringan yang dapat dilakukan untuk membantu menjaga kesehatan mental di tengah kesibukan:
1. Bernapas dengan Sadar
Bernapas adalah aktivitas otomatis yang kita lakukan tanpa berpikir. Namun, jika dilakukan dengan penuh kesadaran, bernapas dapat menjadi alat sederhana untuk menenangkan diri. Luangkan waktu selama 3–5 menit untuk menarik napas perlahan dan dalam, tahan sejenak, lalu hembuskan perlahan. Latihan ini terbukti secara ilmiah mampu menurunkan ketegangan, menstabilkan detak jantung, dan membantu mengurangi kecemasan. Teknik seperti box breathing atau 4-7-8 breathing telah digunakan dalam berbagai pendekatan mindfulness dan terapi stres karena kemampuannya menenangkan sistem saraf. Aktivitas ini dapat dilakukan ketika di pagi hari, di sela pekerjaan, atau menjelang tidur.
2. Kurangi Paparan Notifikasi Digital
Tanpa disadari, notifikasi dari gadget bisa membuat otak terus berada dalam kondisi siaga. Setiap bunyi atau getaran kecil dapat menimbulkan stres mikro yang terus-menerus jika tidak dikendalikan. Coba mulai dengan menonaktifkan notifikasi aplikasi yang tidak terlalu penting, terutama saat sedang bekerja atau beristirahat. Anda juga bisa menjadwalkan waktu khusus untuk jeda dari media sosial, misalnya “detoks digital” setiap akhir pekan. Memberi jarak dari dunia digital bukan berarti ketinggalan informasi, melainkan memberi kesempatan pada pikiran untuk benar-benar tenang.
3. Menulis sebagai Alat Refleksi
Menulis tidak harus bersifat sastra atau akademis. Melalui kegiatan seperti journaling, kita bisa menuangkan isi pikiran, perasaan, atau kekhawatiran ke dalam bentuk tulisan bebas. Tak perlu memikirkan struktur, gaya bahasa, atau tata bahasa yang rapi. Yang penting adalah menyalurkan apa yang tersimpan di kepala ke media yang aman. Cukup gunakan buku catatan, aplikasi ponsel, atau bahkan kertas seadanya. Kebiasaan ini dapat membantu mengenali emosi dan meredakan tekanan secara perlahan.
4. Lakukan Aktivitas yang Membawa Kesenangan
Kesibukan sering kali membuat kita lupa bahwa hal-hal kecil pun bisa membawa kebahagiaan. Aktivitas ringan seperti mendengarkan musik, menyiram tanaman, memasak, atau membaca buku bisa menjadi bentuk perawatan diri yang menyenangkan. Meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang kita sukai membantu menjaga keseimbangan antara tuntutan dan kebutuhan pribadi. Kesejahteraan mental yang berkelanjutan tumbuh dari kebiasaan-kebiasaan positif yang terasa dekat dan mudah dilakukan.
5. Tidur Cukup dan Teratur
Tidur bukan sekadar jeda dari aktivitas, melainkan proses alami tubuh untuk memulihkan diri. Kurang tidur tidak hanya berdampak pada kondisi fisik seperti kelelahan, tapi juga pada fungsi kognitif seperti konsentrasi dan suasana hati. Usahakan tidur selama 7–8 jam setiap malam dan batasi penggunaan gadget menjelang tidur. Kualitas istirahat yang baik adalah bagian penting dari proses menjaga kesehatan mental.
Pada akhirnya, setiap orang memiliki cara berbeda untuk memulihkan diri. Namun satu hal yang pasti, setiap individu berhak untuk beristirahat, memperlambat langkah, dan merawat dirinya sendiri. Dengan mulai dari langkah-langkah sederhana di atas, kita bisa membangun rutinitas yang lebih seimbang. Bukan dengan menghindar dari kesibukan, tapi dengan berdamai dengannya. Karena pulih tidak selalu berarti pergi jauh, tapi tentang kembali ke diri sendiri secara utuh dan sadar.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
