Gen Z: Problematik, Minim Literasi, Kurang Etika? Mari Kita Bongkar Faktanya!
ilustrasi-FOTO : Pinterest-
RADARTVNEWS.COM - Banyak orang saat ini memperhatikan Generasi Z, yang terdiri dari orang-orang yang lahir dari tahun 1997 hingga 2012. Generasi ini sering digambarkan sebagai problematik, tanpa moral, dan kurang literasi, terutama di bidang digital. Namun, apakah benar semua itu benar?
Tantangan Etika dalam Era Informasi
Dunia digital yang berkembang bersama Gen Z membawa tantangan baru bagi pembentukan etika. Banyak pengamat mengatakan bahwa tidak semua Gen Z dapat berperilaku secara etis di internet. Komentar negatif, hoaks, dan kurangnya pengetahuan tentang penggunaan data pribadi menjadi perhatian utama.
Sebaliknya, Gen Z sangat menyadari pentingnya literasi digital dan etika online. Gen Z semakin banyak mengikuti berbagai komunitas dan platform edukasi digital untuk belajar bagaimana menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.
Literasi Digital: Tantangan atau Kesempatan?
Gen Z sering diarahkan dengan istilah "minim literasi", khususnya dalam hal literasi media atau kemampuan untuk membedakan antara informasi benar dan hoaks. Studi terbaru memang menunjukkan bahwa Gen Z rentan terhadap misinformasi dan disinformasi. Semua pengguna internet, termasuk generasi lain, menghadapi tantangan untuk menggunakan media sosial dan arus informasi yang cepat.
Namun, generasi Z memiliki kemampuan teknis yang jauh lebih baik daripada generasi sebelumnya dalam mengelola perangkat digital. Mereka yang disebut sebagai "penduduk asli digital" telah berkembang seiring dengan kemajuan teknologi, yang menjadi sumber daya penting untuk terus meningkatkan literasi kritis dan etika digital.
BACA JUGA:Millennials vs Generasi Z: Siapa yang Lebih Siap Hadapi Tantangan Masa Depan?
Sudut Pandang Positif yang Sering Dianggap Sepele
Banyak anggota Gen Z aktif menyuarakan masalah sosial, lingkungan, dan keadilan di berbagai platform. Mereka juga sering menjadi motor perubahan dalam gerakan sosial dan menunjukkan keinginan yang kuat untuk belajar dari pendidikan formal maupun nonformal.
Pengamat sosial berpendapat bahwa menyematkan label negatif dan tidak etis secara umum dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menghambat kemajuan anak-anak. Untuk membangun karakter positif dan literasi yang seimbang, pendekatan dialog dan edukasi yang berkelanjutan dianggap lebih efektif daripada proses penghakiman.
Singkatnya, menggambarkan Gen Z sebagai generasi yang sulit, tidak etis, dan kurang literasi adalah cara yang salah untuk menggambarkan situasi mereka yang sebenarnya sangat kompleks. Meskipun ada kesulitan, ada semangat dan potensi besar yang perlu didukung dengan benar.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
