"Gala Bunga Matahari": Lagu Sal Priadi yang Menyuarakan Rindu pada Mereka yang Tak Akan Pulang
Gala Bunga Matahari--ISTIMEWA
RADARTVNEWS.COM - Setiap orang yang pernah kehilangan orang terdekat pasti tahu rasanya: dunia tetap berjalan, tapi ada bagian hidup yang berhenti selamanya. Orang lain mungkin melihatmu tertawa, bekerja, atau beraktivitas seperti biasa. Tapi di dalam hati, ada satu kalimat yang tidak pernah selesai: “Aku ingin cerita ini padamu, tapi kamu sudah tiada.”
Itulah inti yang paling dalam dari lagu Sal Priadi, “Gala Bunga Matahari.” Dirilis pada Juni 2024, lagu ini terasa begitu jujur karena ia menamai perasaan yang tidak banyak orang berani akui. Bait paling menghantam berbunyi:
“’Kan kuceritakan padamu
Bagaimana hidupku tanpamu”
Di sini, Sal tidak sedang merangkai kata-kata puitis semata. Ia sedang mewakili perasaan sehari-hari orang yang berduka: tetap ingin bercerita pada orang yang sudah meninggal, seolah-olah mereka masih ada untuk mendengar. Rindu itu bukan hanya soal berharap mereka kembali, tapi juga keinginan sederhana untuk berbagi hidup—hal yang sekarang mustahil dilakukan.
BACA JUGA:Pantai Pintasan: Surga Tersembunyi dengan Batu Karang Hitam di Tanggamus
Bagi siapa pun yang pernah kehilangan, bait itu terasa nyata. Ada momen-momen kecil: ingin cerita tentang pekerjaan baru, ingin membagi kabar bahagia, atau sekadar ingin meluapkan lelah. Tapi orang yang paling ingin kita temui sudah pergi. Yang tersisa hanya kebiasaan berbicara pada foto, pada makam, atau bahkan hanya di dalam hati.
Sal juga menulis lirik lain yang menelanjangi luka itu:
“Kangennya masih ada di setiap waktu
Kadang aku menangis bila aku perlu”
Inilah kenyataan yang sering ditutupi banyak orang. Kangen itu tidak pernah habis, bahkan setelah bertahun-tahun. Tiba-tiba datang saat melihat sesuatu yang mengingatkan, saat suasana sunyi, atau bahkan tanpa alasan sama sekali. Dan menangis adalah satu-satunya jalan keluar. Lirik ini seperti izin yang diberikan Sal pada pendengarnya: tidak apa-apa kalau kamu masih menangis, tidak apa-apa kalau kamu belum bisa move on.
Lagu ini akhirnya terasa seperti doa bersama. Bukan hanya milik Sal atau Gala Yudhatama yang jadi inspirasinya, tapi milik siapa saja yang pernah berdiri di pemakaman orang tercinta, menatap tanah yang baru ditimbun, dan bertanya dalam hati: “Bagaimana aku hidup tanpamu?”
Yang membuat “Gala Bunga Matahari” begitu membekas bukan prestasi chart atau piala yang ia menangkan, melainkan karena ia mengizinkan kita untuk jujur pada rasa kehilangan. Ia menjadikan duka sebagai sesuatu yang boleh diceritakan, bukan disembunyikan. Lagu ini adalah ruang aman bagi mereka yang tidak pernah benar-benar sembuh dari perpisahan terakhir.
Pada akhirnya, “Gala Bunga Matahari” adalah pengingat bahwa kehilangan memang abadi, tapi cinta juga abadi. Kita mungkin tidak bisa lagi bertatap muka, tapi lewat kenangan, doa, dan cerita yang masih kita bisikkan, orang yang pergi tetap hidup di dalam diri kita.
BACA JUGA:Andrea Hirata Hidupkan Cinta Abadi Lewat Novel Berjudul 'Ayah'
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
