BANNER HEADER DISWAY HD

Sebut Kelapa Sawit sebagai Karunia, Prabowo Dorong Pemanfaatan Sawit untuk BBM

Sebut Kelapa Sawit sebagai Karunia, Prabowo Dorong Pemanfaatan Sawit untuk BBM

Ilustrasi --ISTIMEWA

RADARTVNEWS.COM - Dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-61 Partai Golkar di Istora Senayan, Jakarta, Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa kelapa sawit di Indonesia bisa dijadikan sebagai bahan bakar minyak (BBM), seperti solar dan bensin. Pernyataan ini disampaikan ketika Prabowo berbicara di hadapan kader dan pengurus partai, sambil menekankan bahwa Indonesia, dengan kekayaan kelapa sawitnya, memiliki peluang kuat untuk mengurangi ketergantungan pada impor BBM asing. 

Menurut Prabowo, kondisi dunia saat ini yang dipenuhi gejolak geopolitik dan ekonomi global membuat harga minyak dunia tidak menentu, sehingga bergantung pada impor BBM berisiko terhadap stabilitas harga di dalam negeri. Karena itu, ia melihat kelapa sawit sebagai “karunia” alam yang bisa dioptimalkan sebagai bahan bakar alternatif domestik.

BACA JUGA:Pemerintah Resmi Terapkan Campuran Etanol 10 Persen di BBM, Disetujui Presiden Prabowo

Gagasan memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan bakar bukan hal baru di Indonesia. Sudah sejak lama minyak sawit mentah atau olahan diubah menjadi biodiesel yang sebagian difungsikan sebagai campuran solar (B30, B40, dan varian lainnya). Pemerintah sebelumnya memang pernah menggulirkan kebijakan biodiesel untuk mengurangi impor bahan bakar fosil dan mendukung petani sawit lokal.

Namun, jika klaim Prabowo diartikan sebagai konversi luas untuk menggantikan bensin dan solar secara penuh bukan sekadar biodiesel campuran tantangannya besar. Untuk dapat bersaing dengan BBM dari minyak bumi, dibutuhkan teknologi pengolahan lanjutan, infrastruktur distribusi, serta regulasi ketat untuk menjamin mutu dan efisiensi bahan bakar berbasis sawit.

BACA JUGA:Greenpeace: Hutan Alam di Sumut Kini Tinggal 14 Juta Hektare, Krisis Lingkungan Semakin Nyata

Selain itu, aspek lingkungan juga harus diperhitungkan. Perlu dipastikan bahwa produksi minyak sawit tidak memperparah deforestasi atau merusak habitat. Jika kelapa sawit dipacu menjadi bahan bakar massal tanpa praktik berkelanjutan, hal itu bisa memberatkan tekanan ekologis, terutama di wilayah sensitif.

Demikian pula dari sektor energi dan lingkungan belum ada pernyataan publik yang memverifikasi kesiapan teknis maupun dampak jangka panjangnya. Alih fungsi lahan sawit harus diimbangi dengan standar produksi berkelanjutan dan proteksi hutan. Memprioritaskan biodiesel terstandar dan campuran BBM bisa jadi solusi, asalkan dipadukan dengan regulasi ketat dan transparansi pelaksanaan.

Pernyataan Prabowo bahwa “kelapa sawit bisa jadi solar dan bensin” membuka kembali wacana pemanfaatan sawit sebagai bahan bakar domestik alternatif. Meski berpotensi memberi manfaat besar bagi kemandirian energi dan ekonomi sawit lokal, gagasan ini memerlukan kajian mendalam terkait aspek teknis, lingkungan, dan regulasi. Hingga saat ini, belum ada konfirmasi kebijakan konkret, sehingga publik dan pemangku kepentingan perlu mengawal perkembangan pernyataan tersebut.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: