Tidak Dianggap di Kantor Bisa Berdampak Besar bagi Kesehatan Mental
Ilustrasi--ISTIMEWA
RADARTVNEWS.COM - Banyak orang mengira masalah utama di dunia kerja adalah gaji atau beban pekerjaan. Padahal, ada hal lain yang sering bikin karyawan merasa tertekan: rasa tidak dihargai sebagai manusia di tempat kerja. Hal ini bisa muncul lewat sikap atasan maupun rekan kerja yang seakan tidak peduli dengan keberadaan atau kontribusi seseorang.
Perasaan diabaikan ini bukan sekadar masalah sepele. Beberapa penelitian psikologi menyebutkan bahwa rasa tidak dianggap bisa memicu stres berkepanjangan, menurunkan motivasi, bahkan membuat orang mengalami kelelahan emosional. Kondisi ini biasanya ditandai dengan karyawan yang mulai menarik diri, malas berinteraksi, atau kehilangan semangat datang ke kantor.
BACA JUGA:Otot Pegal Setelah Olahraga, Istirahat Dulu atau Gas Terus?
Situasi seperti ini bisa muncul dari banyak hal sederhana. Misalnya, ide yang dilontarkan dalam rapat tidak pernah ditanggapi, tidak ada ucapan terima kasih meski sudah lembur, atau bahkan sekadar senyum sapa yang jarang diberikan. Hal-hal kecil tersebut bila terjadi terus-menerus bisa menumpuk dan akhirnya melahirkan rasa tidak dihargai.
Selain itu, rasa diabaikan juga sering muncul ketika kontribusi individu tidak pernah diakui secara terbuka. Banyak karyawan merasa hanya dijadikan “alat” untuk menyelesaikan pekerjaan, bukan sebagai bagian penting dari tim. Akibatnya, mereka merasa hubungan di kantor tidak sehat, karena hanya ada tuntutan tanpa penghargaan.
BACA JUGA:Dari Fungsional ke Fashionable: Tren Tumbler Jadi Kesenangan Anak Muda
Dampak lain yang jarang disadari adalah pada produktivitas. Orang yang merasa dihargai biasanya lebih loyal dan semangat. Sebaliknya, mereka yang kerap merasa diremehkan cenderung bekerja sekadar memenuhi kewajiban, tanpa ada dorongan lebih untuk berkembang. Lama-lama, hal ini bisa merugikan perusahaan secara keseluruhan.
Mengatasi rasa tidak dihargai memang tidak mudah. Salah satu langkah awal yang bisa dilakukan adalah mencoba memahami kebutuhan diri sendiri: apakah butuh pengakuan, apresiasi, atau sekadar rasa dihormati. Setelah itu, komunikasi menjadi kunci. Menyampaikan perasaan dengan cara profesional bisa membantu membuka ruang dialog dengan atasan maupun rekan kerja.
Namun, bila kondisi ini tidak berubah meski sudah diusahakan, banyak pakar karier menyarankan untuk mempertimbangkan lingkungan kerja lain yang lebih sehat. Sebab, setiap orang berhak mendapatkan rasa dihargai, bukan hanya sebagai pekerja, tapi juga sebagai manusia.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
