Klaim MBG Tingkatkan Matematika dan Bahasa Inggris, Tuai Beragam Reaksi Publik
--Freepik
BANDAR LAMPUNG, RADARTVNEWS.COM - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan publik setelah Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, mengklaim bahwa program tersebut berpotensi meningkatkan kemampuan matematika dan bahasa Inggris siswa tentu jika dikemas secara kreatif, misalnya melalui “belajar sambil makan” di sekolah. Pernyataan ini disampaikan Stella saat mengunjungi stan Badan Gizi Nasional dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) di Bandung, Jumat (8/8/2025).

Stella berbicara soal peluang inovatif dari MBG. Ia mengatakan bahwa setiap momen adalah kesempatan belajar: siswa bisa menghitung jumlah makanan di piring, atau menyebut jenis makanan dalam bahasa Inggris sambil makan cara yang menurutnya sangat efektif untuk merangsang daya ingat dan semangat belajar.
Secara lebih luas, manfaat gizi terhadap konsentrasi dan perkembangan kognitif siswa telah diakui. Kemendikdasmen menyebut bahwa gizi baik bisa memperbaiki prestasi akademik dan fokus belajar. Selain itu, data global mendukung bahwa program makan bergizi sekolah terbukti meningkatkan kehadiran hingga 99% pada sekolah penerima manfaat jangka panjang.
Namun, kebijakan ini memicu beragam reaksi dari publik. Dr. Dwi Rahayu dari Universitas Indonesia menekankan bahwa gizi memang memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak, tetapi bukan satu-satunya penentu prestasi akademik. Menurutnya, hasil belajar juga sangat dipengaruhi oleh kualitas kurikulum, kompetensi guru, dan lingkungan belajar yang kondusif.
BACA JUGA:Sukseskan Program MBG, BGN Dorong Kolaborasi Lintas Sektor
Meski data awal terlihat menggembirakan, sebagian kalangan menilai klaim bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) mampu langsung meningkatkan kemampuan matematika atau bahasa Inggris masih terlalu dini. Hingga kini, belum ada penelitian lokal yang secara langsung menghubungkan pelaksanaan MBG dengan peningkatan skor akademik pada mata pelajaran tertentu.
Di lapangan, pelaksanaan program ini pun menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa laporan menyebutkan adanya kasus keracunan di sejumlah daerah, sementara temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap adanya sayuran basi yang sempat akan dibagikan kepada peserta. Kondisi ini menunjukkan perlunya pengawasan distribusi dan kualitas bahan pangan yang lebih ketat.
Pemerintah sendiri memiliki target ambisius yaitu ingin menjangkau hingga 82,9 juta penerima program MBG pada kuartal keempat 2025. Anggaran awal sebesar Rp 71 triliun telah disiapkan, dengan kemungkinan tambahan hingga Rp100 triliun jika diperlukan. Pemerintah menyebut MBG sebagai investasi strategis, bukan hanya untuk kesehatan dan pendidikan anak Indonesia, tetapi juga untuk mendorong pemberdayaan ekonomi lokal melalui keterlibatan petani, nelayan, dan pelaku UMKM pangan.
BACA JUGA:Dukung Program 3 Juta Rumah, Lampung Prioritaskan Hunian Layak untuk Rakyat
Klaim bahwa MBG dapat meningkatkan kemampuan akademik anak, khususnya dalam mata pelajaran seperti matematika dan bahasa Inggris, memang membuka peluang inovasi pendidikan yang menarik. Namun, agar klaim tersebut tepat secara ilmiah, diperlukan penelitian berkelanjutan yang ketat dan berkelanjutan. Hanya dengan bukti empiris yang kuat, program ini dapat dipastikan bukan sekadar intervensi gizi, tetapi juga katalisator nyata bagi kemajuan kualitas pendidikan nasional.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
