Ketergantungan Emosional Remaja: Antara Cinta dan Perbudakan
--
RADARTVNEWS - Ketergantungan emosional pada remaja, yang kerap disebut sebagai perilaku "budak cinta," menjadi fenomena yang semakin mengkhawatirkan di tengah perkembangan zaman.
Istilah ini menggambarkan keadaan di mana seseorang terlalu bergantung secara emosional pada pasangannya hingga kehilangan keseimbangan hidup dan mengesampingkan hal-hal penting lainnya, seperti pendidikan dan pengembangan diri.
Dalam konteks remaja, ketergantungan ini bisa berujung pada perbudakan jiwa, di mana cinta yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan justru menjadi belenggu yang membatasi kebebasan dan pertumbuhan pribadi.
Data dari berbagai studi menunjukkan bahwa perilaku budak cinta pada mahasiswa dan remaja dapat menimbulkan dampak negatif serius.
Misalnya, penurunan konsentrasi dan motivasi belajar, penundaan tugas akademik, hingga stres dan gangguan emosional yang berkelanjutan.BACA JUGA:Benarkah Jin Bisa Masuk Dalam Mimpi Tidur, Berikut Penjelasan dan Penanganannya Sesuai Syariat
Mereka yang mengalami ketergantungan emosional cenderung lebih sulit mengambil keputusan sendiri tanpa persetujuan pasangan dan selalu membutuhkan validasi untuk merasa berharga.
Kondisi ini sering kali membuat mereka merasa cemas dan takut kehilangan, sehingga rela mengorbankan kebahagiaan pribadi demi mempertahankan hubungan tersebut
Secara psikologis, ketergantungan emosional ini erat kaitannya dengan kebutuhan mendalam akan rasa aman dan harga diri yang rendah.
Teori kelekatan (attachment theory) menjelaskan bahwa individu yang mengalami ketidakamanan emosional di masa kecil cenderung mencari rasa aman berlebih dalam hubungan romantis. Hal ini membuat mereka menjadi sangat bergantung dan sulit untuk melepaskan diri dari hubungan yang tidak sehat
Dari perspektif agama Islam, cinta yang sehat haruslah membawa keberkahan dan keseimbangan dalam hidup. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 21 :
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang."
Ayat ini menegaskan bahwa cinta harus membawa ketenangan dan kasih sayang, bukan penderitaan dan keterikatan yang merusak. Rasulullah SAW juga mengajarkan agar umatnya menjaga hati dan tidak sampai terjerumus dalam cinta yang berlebihan hingga melupakan kewajiban kepada Allah dan diri sendiri.BACA JUGA:Menyambut Masjid Modern dengan Audio Digital, Ini Kajian Hukum Boleh Atau Tidaknya!
Oleh karena itu, penting bagi remaja dan generasi muda untuk memahami bahwa cinta bukanlah alasan untuk kehilangan jati diri dan kebebasan.
Pembinaan emosional dan pendidikan agama harus menjadi landasan agar mereka mampu menjalani hubungan dengan sehat, seimbang, dan sesuai ajaran Islam.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
