BANNER HEADER DISWAY HD

Perunggu dan 33x: Sebuah Doa, Sebuah Pendakian, Sebuah Ingatan

Perunggu dan 33x: Sebuah Doa, Sebuah Pendakian, Sebuah Ingatan

--istimewa

RADARTVNEWS.COM - Perunggu kembali menorehkan jejaknya di kancah musik Indonesia lewat karya terbaru berjudul “33x”, sebuah lagu yang bukan hanya menyentuh telinga, tetapi juga merasuk ke dalam ruang batin pendengarnya. Seperti judulnya yang misterius namun penuh simbol, “33x” hadir sebagai renungan tentang perjalanan hidup, pergulatan batin, dan keyakinan yang menuntun langkah.

Sejak bait pertama, lagu ini sudah membawa pendengar ke dalam ruang permenungan. Perunggu melukiskan bagaimana batin dan raga terikat di bawah kuasa Sang Maha, seolah mengingatkan kita bahwa ada titik di mana kendali hidup bukan lagi sepenuhnya milik manusia. Ada daya yang lebih tinggi, ada tangan tak kasat mata yang menuntun arah.

Namun, “33x” bukan sekadar khotbah musikal. Liriknya bergerak seperti peta perjalanan, dari keluhan yang membebani, ke ajakan untuk membuka visi baru, hingga keberanian untuk memetakan ulang arah hidup ketika segala sesuatu terasa tak berfungsi. Lagu ini seakan menepuk bahu, berbisik pelan, “Melamban bukanlah hal yang tabu. Kadang itu justru yang kau butuh.”

BACA JUGA:LPDP Batasi Penerima Beasiswa 2025-2026 Meski Jumlah Pendaftar Melonjak

Di sinilah kekuatan Perunggu. Mereka tidak hanya menulis lirik, tetapi merangkai mantra. Ada dorongan untuk merenung, beristirahat, lalu bangkit kembali. Ada kalimat yang menenangkan, namun sekaligus menyalakan api di dalam dada, “Rotasikan pandanganmu, ambil sudut yang terbaru, lihat semua bukan dari matamu.” Sebuah ajakan untuk berani menempuh sudut pandang yang asing, sesuatu yang sering kita lupa dalam hiruk pikuk hidup.

Bagian paling menggetarkan dari “33x” adalah ketika repetisi “Sebutlah namaNya, tetap di jalanNya” hadir berulang, seperti zikir yang tak henti. Di sini, Perunggu membawa dimensi spiritual ke dalam musik mereka, bukan dengan cara menggurui, tetapi dengan pengulangan yang meneduhkan sekaligus menghunjam. Seolah lagu ini memang dimaksudkan untuk didengar bukan hanya dengan telinga, tapi juga dengan hati yang pasrah.

“33x” juga menyinggung tentang usia, perjalanan, dan pencarian. Bait “Dua sembilan kau terus mencari” bisa dimaknai sebagai fase hidup yang penuh kegelisahan, usia ketika banyak orang merasa tersesat, namun sesungguhnya sedang ditempa. Lagu ini lantas hadir sebagai kompas, mengingatkan bahwa jalan hidup tak pernah berhenti, dan niat yang teguh adalah bahan bakar untuk terus berjalan.

Di ujung lagu, repetisi “Terus berenang, lanjutlah mendaki” menggema seperti seruan abadi. Perunggu menutup “33x” bukan dengan jawaban, melainkan dengan dorongan. Seperti seorang sahabat yang tidak menawarkan solusi instan, tetapi menemani, menguatkan, dan meyakinkan bahwa perjalanan ini masih panjang.

Dengan “33x”, Perunggu tidak hanya merilis lagu, tetapi menghadirkan sebuah risalah musikal: puitis, spiritual, dan penuh energi kehidupan. Lagu ini adalah doa yang dinyanyikan, semacam dzikir yang berpadu dengan ritme, sebuah karya yang membuat kita tidak hanya ingin mendengar, tetapi juga mengingat bahwa hidup adalah perjalanan, dan setiap langkah adalah pengulangan menuju cahaya.

“33x” bukan sekadar angka. Ia adalah simbol, doa, dan perjalanan. Dan melalui lagu ini, Perunggu telah mengikatkan ingatan kita pada sesuatu yang lebih besar dari sekadar musik pada hidup itu sendiri.

BACA JUGA:Segar dan Bergizi, Melon Tawarkan Manfaat untuk Tubuh

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: