Kunto Aji Lewat "Saudade": Lagu Rindu yang Menjadi Doa Kehidupan
Saudade--istimewa
RADARTVNEWS.COM - Musik Indonesia kembali menghadirkan karya yang tak hanya indah didengar, tetapi juga mampu menyentuh lapisan batin terdalam. Kunto Aji, musisi yang dikenal lewat kepekaannya pada isu emosional dan kesehatan mental, menyalurkan makna mendalam dalam lagu “Saudade”, sebuah persembahan yang sarat dengan pesan tentang rindu, kehilangan, dan pengharapan.
“Saudade” bukan sekadar lagu cinta dalam arti romantis. Kata yang berasal dari bahasa Portugis ini merangkum perasaan rindu yang kompleks, rindu yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan pertemuan, melainkan sebuah kerinduan yang bisa bercampur dengan kehilangan, doa, dan bahkan penerimaan. Kunto Aji berhasil memindahkan konsep itu ke dalam lirik puitis yang menyentuh hati.
Dalam bait awal, “Dikatakan oleh angin, yang menghasilkan gelombang, jadilah besar bestari, dan manfaat tuk sekitar,” Kunto Aji menekankan pentingnya menjadi manusia yang bermanfaat. Angin yang sederhana pun bisa memberi dampak luas, begitu pula manusia yang penuh kebaikan. Pesan ini terasa kontekstual, di tengah masyarakat yang kini lebih banyak diwarnai hiruk pikuk ego dan kepentingan pribadi. Lagu ini mengingatkan bahwa setiap individu punya peran memberi manfaat bagi sekitar.
BACA JUGA:Liburan Makin Seru, Ini Rekomendasi Villa Nyaman di Lampung untuk Liburan Bareng Keluarga dan Teman
Namun, “Saudade” tidak berhenti pada idealisme. Ada juga nuansa kepahitan, ketika Aji menyanyikan, “Biarlah aku dikutuk, dan engkau yang dirayakan.” Lirik ini memberi gambaran tentang pengorbanan, tentang rela menjadi sosok yang tersisih demi orang lain bisa bersinar. Dalam konteks kehidupan sosial, pesan ini serupa dengan bentuk cinta paling tulus, memberi tanpa pamrih.
Bagian reffrain “Selalu ada menemanimu, sampai kita dihapuslah” menyiratkan bahwa segala bentuk kasih dan doa akan tetap ada, meski waktu akhirnya menghapus keberadaan fisik. Inilah yang membuat “Saudade” terdengar lebih dari sekadar lagu, ia menjelma doa yang bisa dititipkan bagi siapa pun yang kita rindukan, baik yang masih hadir maupun yang telah tiada.
Menariknya, Kunto Aji tidak mengarahkan lagu ini pada satu tafsir saja. Ada pendengar yang menghubungkannya dengan rasa kehilangan orang terdekat, ada yang melihatnya sebagai bentuk nasihat orang tua kepada anak, bahkan ada yang menafsirkan sebagai doa bagi diri sendiri di masa depan. Kekuatan “Saudade” justru ada pada kelenturan makna yang bisa menyatu dengan pengalaman hidup siapa saja.
Jika ditarik ke ranah lebih luas, “Saudade” juga mencerminkan kondisi masyarakat yang sedang mencari pegangan di tengah ketidakpastian. Lirik “Berdirilah engkau dengan senyuman dan keping harapan” seakan menjadi seruan bagi generasi muda agar tetap tegar, sekalipun dunia terasa keras. Di balik rindu yang berat, selalu ada ruang untuk harapan dan kekuatan baru.
Melalui “Saudade,” Kunto Aji kembali menunjukkan bahwa musik bisa menjadi medium penyembuhan. Ia bukan hanya hiburan, melainkan ruang refleksi dan doa. Di saat banyak lagu populer sibuk berbicara soal asmara permukaan, Aji menawarkan kedalaman yang membuat pendengarnya berhenti sejenak, lalu bertanya pada diri sendiri: siapa yang kita rindukan, siapa yang kita doakan, dan apa yang masih bisa kita perjuangkan?
Dengan demikian, “Saudade” layak disebut bukan hanya sebagai lagu, melainkan sebagai karya yang menyalurkan energi emosional kolektif. Lagu ini adalah bukti bahwa musik, ketika lahir dari kejujuran, mampu menjembatani yang tak terucap, bahkan mungkin mengobati yang tak lagi bisa kembali.
BACA JUGA:Halte Senen Sentral Ganti Nama Jadi Halte Jaga Jakarta, Simbol Ajakan Rawat Ibu Kota
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
