Tumpeng Sebagai Bintang Utama Perayaan HUT RI: Lebih dari Sekedar Sajian, Ini Simbol Sejarah dan filosofi nya.
Nasi Kuning (Tumpeng) Sebagai Kuliner Asli Indonesia yang Selalu Ada dalam Setiap Perayaan atau Hari-hari Besar -foto istimewa-Pinterest
BANDAR LAMPUNG, RADARLAMPUNGTV.COM - Nasi tumpeng merupakan hidangan asli Indonesia yang memiliki nilai historis, filosofis, dan religius yang mendalam. Hidangan ini tidak hanya berfungsi sebagai makanan, tetapi juga sebagai simbol dalam berbagai upacara adat dan perayaan penting masyarakat Nusantara.
Asal usul tumpeng bermula dari tradisi purba masyarakat Jawa dan sekitar yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para hyang atau arwah leluhur. Pada masa itu, tumpeng dibuat sebagai persembahan dalam upacara adat sebagai tanda penghormatan kepada leluhur yang diyakini mendiami gunung-gunung tersebut.
Bentuk nasi yang mencolok ini kemudian mengalami perubahan ketika agama Hindu masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Nasi tumpeng dibentuk menjadi kerucut menyerupai Gunung Mahameru, gunung suci dalam mitologi Hindu yang dianggap tempat para dewa dan dewi bersemayam. Dengan demikian, bentuk tumpeng mencerminkan hubungan manusia dengan dunia spiritual dan alam semesta yang sakral.
Setelah masuknya Islam ke Nusantara, tradisi tumpeng mengalami akulturasi. Filosofi tumpeng disesuaikan dengan ajaran Islam Jawa, di mana tumpeng tidak hanya menjadi simbol kepercayaan lama, melainkan juga sebagai lambang rasa syukur dan kebersamaan. Dalam tradisi ini, biasanya disertai dengan pengajian Al-Quran sebelum penyajiannya, sebagai bentuk penghormatan kepada Yang Maha Kuasa. Karena itu, tumpeng memiliki makna mendalam yang mengandung nilai ketuhanan dan kebersamaan lintas zaman dan agama.
BACA JUGA:Resep Gabing: Kudapan Istimewa Khas Lampung dan Jarang Ditemukan
Bentuk kerucut nasi tumpeng juga dilengkapi dengan berbagai lauk-pauk yang ditata rapi mengelilinginya. Nasi yang digunakan bisa nasi kuning, nasi putih biasa, atau nasi uduk. Warna kuning pada nasi tumpeng melambangkan keagungan dan kemuliaan, simbol sesaji yang menunjukkan penghormatan kepada Yang Maha Kuasa. Lauk-pauk yang melengkapi tumpeng biasanya mengandung makna simbolis sendiri, seperti rasa kebersamaan, kesejahteraan, dan rasa syukur atas karunia kehidupan.
Nasi tumpeng memiliki peranan penting dalam berbagai acara, mulai dari perayaan kelahiran, syukuran, ulang tahun, hingga acara adat dan kenegaraan. Di Jawa Tengah, tumpeng bahkan dulu menjadi hidangan para raja sebagai simbol kebahagiaan dan keselamatan. Tradisi ini kemudian menyebar ke seluruh Indonesia dengan variasi nama dan bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan kearifan lokal masing-masing daerah.
Selain makna filosofis dan religiusnya, nasi tumpeng juga menjadi lambang budaya Nusantara yang kaya dan beragam. Ia tidak hanya menyajikan kelezatan kuliner, tetapi juga mengikat masyarakat Indonesia pada akar sejarah dan nilai-nilai luhur yang terus diwariskan secara turun-temurun hingga kini.
BACA JUGA:Mengenal Gulai Kulak Kukut: Makanan Enak Khas Lampung yang Masih Jarang Dikenali
Secara harfiah, dalam bahasa Jawa, “tumpeng” diyakini merupakan singkatan dari “tumapaking panguripan-tumindak lempeng-tumuju Pangeran,” yang berarti perjalanan hidup manusia berjalan lurus menuju Tuhan. Hal ini semakin menegaskan bahwa nasi tumpeng merupakan wahana simbolik yang menggabungkan spiritualitas, budaya, dan rasa syukur dalam satu kesatuan indah.
Dengan segala makna dan fungsi tersebut, nasi tumpeng tetap menjadi sajian yang tak pernah absen di berbagai perayaan penting di Indonesia, menghubungkan masa lalu dan masa kini dalam satu hidangan penuh makna dan keindahan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
