Kenapa Produk “Less Sugar” Justru Lebih Mahal? Ini Penjelasannya!
Ilustrasi -Foto : Freepik-
RADARTVNEWS.COM - Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga pola makan dan mengurangi asupan gula, produk-produk dengan label “less sugar” atau “rendah gula” semakin banyak ditemukan di pasaran.
Meski mengandung gula yang lebih sedikit atau bahkan tidak mengandung gula sama sekali, harga produk justru lebih mahal dibandingkan produk biasa yang mengandung gula. Ada beberapa alasan mengapa produk rendah gula justru dijual dengan harga lebih tinggi. Mulai dari pemilihan bahan, proses produksi, hingga strategi pemasaran, semuanya berperan dalam menentukan harga akhir di pasaran. Berikut penjelasannya:
1. Gula Diganti dengan Pemanis yang Lebih Mahal
Produk less sugar umumnya tidak hanya mengurangi kandungan gulanya, tetapi juga menggantikan gula biasa dengan pemanis alternatif yang harganya jauh lebih mahal. Jenis pemanis rendah kalori seperti stevia, erythritol, dan sukralosa sering digunakan dalam produk-produk ini.
Bahan-bahan tersebut meski digunakan dalam jumlah kecil, memiliki harga yang jauh lebih mahal dibandingkan sukrosa atau gula pasir biasa. Beberapa pemanis alternatif, seperti stevia, memiliki karakteristik rasa yang unik sehingga membutuhkan pengujian tambahan untuk memastikan rasa akhir produk agar rasanya tetap enak dan bisa diterima konsumen tanpa meninggalkan rasa pahit atau aftertaste yang mengganggu. Hal ini menambah biaya produksi secara keseluruhan.
2. Formulasi Produk Lebih Rumit
Mengurangi gula berarti mengubah lebih dari sekadar rasa manis. Dalam industri makanan dan minuman, gula juga berperan sebagai pengawet, penentu tekstur, dan penyeimbang rasa. Ketika gula dikurangi atau dihilangkan, produsen perlu mencari bahan tambahan lain yang dapat menggantikan fungsi tersebut dan ini berarti menambah biaya produksi.
BACA JUGA:Wajah Bebas Kilap! Ini Rekomendasi Skincare Terbaik untuk Kulit Berminyak
Formulasi produk pun menjadi lebih kompleks, membutuhkan riset yang lebih panjang, serta proses uji coba yang lebih banyak untuk menemukan keseimbangan rasa yang tepat. Semua langkah ini membuat biaya produksi menjadi lebih tinggi dibanding produk biasa.
3. Dikemas dan Dipasarkan sebagai Produk Premium
Sebagian besar produk less sugar dipasarkan sebagai pilihan yang lebih sehat dan eksklusif. Strategi pemasarannya pun berbeda, mulai dari kemasan yang dirancang lebih menarik, dilabeli sebagai produk sehat, hingga distribusi yang lebih selektif. Tak jarang, produk-produk ini juga masih diproduksi dalam skala yang lebih kecil, terutama oleh merek-merek baru atau produsen niche yang fokus pada konsumen sadar kesehatan. Karena menyasar segmen menengah ke atas yang bersedia membayar lebih untuk kualitas dan manfaat kesehatan, harga jualnya pun cenderung lebih tinggi. Label “less sugar” menjadi bagian dari citra premium yang ingin dibangun.
4. Permintaan Tetap Tinggi Walau Harga Lebih Mahal
Meskipun lebih mahal, permintaan terhadap produk rendah gula justru terus meningkat. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan terus meningkat, sehingga semakin banyak orang yang secara sadar membatasi konsumsi gula. Dalam sebuah thread di media sosial, dr. Tirta menyoroti fenomena ini.
Ia menyebut bahwa konsumen kini terbagi dua, yakni ada yang tetap menikmati manisnya gula biasa dan ada pula yang rela merogoh kocek lebih dalam untuk produk rendah gula yang dianggap lebih sehat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
