BRIN Sebut Sejumlah Wilayah Pantura Tenggelam hingga 10 cm per Tahun
Ilustrasi--ISTIMEWA
RADARTVNEWS.COM - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa beberapa wilayah di pesisir Pantai Utara Jawa (Pantura) mengalami penurunan muka tanah yang cukup mengkhawatirkan. Dalam hasil pemantauan terbaru, laju amblesan di sejumlah titik tercatat mencapai 5 hingga 10 sentimeter per tahun, sehingga memicu risiko “tenggelam bertahap” pada wilayah yang padat permukiman dan infrastruktur vital.
BRIN menjelaskan bahwa fenomena penurunan tanah ini merupakan kombinasi antara faktor alami dan aktivitas manusia. Struktur geologi Pantura yang didominasi tanah aluvial dan sedimen muda membuat kawasan itu rentan mengalami penurunan. Namun, laju amblesan menjadi semakin cepat akibat penggunaan air tanah secara berlebihan, pembangunan masif di kawasan pesisir, serta kompaksi sedimentasi yang terjadi terus-menerus. Sejumlah kota seperti Semarang dan Pekalongan menjadi wilayah dengan perubahan paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Dampaknya mulai terlihat nyata di kehidupan masyarakat pesisir. Genangan rob yang semakin sering terjadi, ruas jalan yang perlahan menurun permukaannya, hingga intrusi air laut yang masuk ke area pemukiman menjadi bukti konsekuensi dari amblesan tanah ini. Di beberapa lokasi, genangan bahkan bertahan dalam jangka panjang karena permukaan tanah terus turun sementara air laut terus naik.
BRIN menegaskan bahwa kondisi ini tidak bisa dianggap sepele. Jika tidak dikendalikan, sebagian wilayah Pantura berpotensi mengalami kerusakan lebih luas dan menimbulkan masalah sosial maupun ekonomi. Para peneliti menekankan perlunya pengetatan pemakaian air tanah, pengaturan ulang tata ruang pesisir, serta pembangunan sistem mitigasi yang disesuaikan dengan karakteristik geologi masing-masing daerah. Langkah adaptasi seperti perbaikan drainase, konservasi pesisir, hingga pengendalian pembangunan juga diperlukan untuk memperlambat laju penurunan tanah.
Pakar menilai bahwa fenomena ini merupakan ancaman jangka panjang yang bergerak secara perlahan namun pasti. Oleh karena itu, pemantauan rutin dan kebijakan berbasis riset menjadi kunci agar kawasan Pantura tidak terus-terusan mengalami degradasi hingga akhirnya tenggelam secara permanen.
BACA JUGA:Studi dan Fakta: Mengapa Air Sungai Bisa Jadi Jernih & Hijau Pasca Banjir di Sumatera
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
