BANNER HEADER DISWAY HD

Lampung Hadapi Tantangan 31 Ribu Kasus TBC, Pemerintah Siapkan RAD 2025-2030

Lampung Hadapi Tantangan 31 Ribu Kasus TBC, Pemerintah Siapkan RAD 2025-2030

Lampung hadapi tantangan 31 ribu kasus TBC, pemerintah siapkan strategi lintas sektor lewat RAD 2025-2030.--Freepik

BANDAR LAMPUNG, RADARTVNEWS.COM - Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu tantangan terbesar bagi dunia kesehatan di Provinsi Lampung.

Dikutip dari laporan estimasi terbaru, pada tahun 2025 jumlah kasus TBC di Lampung diproyeksikan mencapai sekitar 31.000 kasus.

Dari jumlah tersebut, baru sekitar 21.000 kasus yang berhasil terdeteksi, sementara sisanya, sekitar 10.000 kasus, masih belum ditemukan.

Kondisi ini tentu mengkhawatirkan karena kasus yang tidak terdeteksi berpotensi terus menularkan penyakit di tengah masyarakat.

Untuk menghadapi masalah ini, Pemerintah Provinsi Lampung telah meluncurkan Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan TBC 2025-2030.

BACA JUGA:Tujuh Cara Jaga Kesehatanmu Saat Cuaca Ekstrem

Dikutip dari dokumen perencanaan daerah, strategi ini dirancang untuk menekan angka kasus TBC secara signifikan. Pendekatan yang dipakai bukan hanya dari sektor kesehatan, melainkan lintas sektor.

Dinas Kesehatan akan fokus pada deteksi dini, diagnosis, pengobatan, dan pemantauan pasien. Pemerintah daerah menyiapkan kebijakan serta anggaran yang dibutuhkan, sementara sektor pendidikan turut serta memberikan edukasi mengenai bahaya TBC di sekolah-sekolah.

Tidak hanya itu, Dinas Sosial juga ikut mendampingi pasien dari sisi ekonomi, sedangkan organisasi masyarakat dan pihak swasta dilibatkan untuk sosialisasi, penemuan kasus, hingga dukungan psikososial.

TBC bukan hanya masalah kesehatan, melainkan juga sosial dan ekonomi. Penyakit ini banyak menyerang usia produktif, yaitu 15 hingga 59 tahun, yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga.

Dikutip dari kajian kesehatan masyarakat, pasien TBC kerap kehilangan pendapatan karena harus berhenti bekerja selama masa pengobatan yang bisa berlangsung berbulan-bulan.

BACA JUGA:Berhenti Normalisasi Minum Es Teh Setelah Makan: Kenali Risiko dan Dampaknya Terhadap Kesehatan

Meskipun pengobatan disediakan gratis oleh pemerintah, mereka tetap dibebani biaya lain seperti transportasi, nutrisi tambahan, hingga kebutuhan harian.

Dari sisi sosial, pasien sering kali menghadapi stigma negatif, bahkan diskriminasi, yang berdampak pada menurunnya kualitas hidup serta kondisi mental.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: