BANNER HEADER DISWAY HD

Trump Perintahkan Militer AS Lanjutkan Uji Coba Nuklir Setelah 33 Tahun Dihentikan

Trump Perintahkan Militer AS Lanjutkan Uji Coba Nuklir Setelah 33 Tahun Dihentikan

-Dok. Getty Images-

RADARTVNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan militer untuk kembali melakukan uji coba senjata nuklir. Langkah ini menjadi yang pertama sejak 1992, ketika Amerika menghentikan seluruh program pengujian nuklirnya. Instruksi tersebut disampaikan melalui unggahan di platform Truth Social dan langsung memicu reaksi global.

Trump menegaskan keputusan ini diambil karena negara-negara lain mulai mengaktifkan kembali program uji coba nuklir mereka. Ia menilai Amerika tidak boleh tertinggal dalam hal kekuatan strategis di tengah meningkatnya ancaman global dari Rusia dan China.

“Karena negara-negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang untuk mulai menguji Senjata Nuklir kami atas dasar yang sama. Proses itu akan segera dimulai,” tulis Trump. Pernyataan itu dibuat beberapa saat sebelum ia dijadwalkan bertemu Presiden China Xi Jinping di Busan, Korea Selatan.

Pertemuan tersebut merupakan yang pertama sejak 2019 dan dijadwalkan membahas gencatan senjata perang dagang. Namun, unggahan Trump membuat suasana diplomatik memanas, karena keputusan itu dinilai dapat memicu kembali perlombaan senjata di kawasan Asia Timur.

Trump menyebut uji coba ini dilakukan atas dasar “kesetaraan” dengan negara lain yang juga memiliki senjata nuklir. Meski demikian, ia tidak menjelaskan apakah uji coba itu berbentuk peledakan bawah tanah atau uji rudal berkepala nuklir. Pentagon belum memberikan penjelasan resmi mengenai bentuk pelaksanaannya.

Langkah Trump datang setelah Rusia mengumumkan keberhasilan uji coba rudal jelajah Burevestnik dan torpedo nuklir Poseidon. Kedua senjata itu diklaim mampu menembus sistem pertahanan apa pun dan menjadi simbol kebangkitan kekuatan militer Rusia di bawah Presiden Vladimir Putin.

BACA JUGA:Trump dan Xi Jinping Capai Kesepakatan Awal, Tarif Impor China Dipangkas 10 Persen

Sementara itu, China terus memperluas persenjataan nuklirnya. Data menunjukkan negara tersebut kini memiliki sekitar 600 hulu ledak pada 2025, dua kali lipat dari lima tahun sebelumnya. Laporan intelijen memperkirakan jumlah itu dapat mencapai lebih dari 1.000 unit pada 2030.

Trump menilai langkah Rusia sebagai tindakan “tidak pantas”, terutama karena dilakukan di tengah perang yang masih berlangsung di Ukraina. Ia menegaskan bahwa Amerika Serikat harus memastikan kekuatan nuklirnya tetap unggul untuk menjaga keamanan nasional.

Meski begitu, Trump secara keliru menyebut Amerika memiliki senjata nuklir terbanyak di dunia. Berdasarkan data Kampanye Internasional untuk Penghapusan Senjata Nuklir (ICAN), Rusia tercatat memiliki lebih dari 5.500 hulu ledak aktif, sementara Amerika Serikat memiliki sekitar 5.044.

Uji coba nuklir terakhir Amerika dilakukan pada 23 September 1992 dengan sandi “Divider” di Nevada Test Site. Setelah itu, Presiden George H. W. Bush memberlakukan larangan uji coba bawah tanah yang masih berlaku hingga kini. Meski begitu, fasilitas di Nevada masih dapat digunakan kembali jika pemerintah memutuskan untuk melanjutkan pengujian.

Instruksi Trump segera menuai penolakan dari sejumlah pihak. Anggota Kongres asal Nevada, Dina Titus, menulis di platform X bahwa ia akan mengajukan undang-undang untuk menghentikan rencana tersebut. Ia menilai uji coba baru hanya akan memperburuk ketegangan dan merusak komitmen global terhadap pelucutan senjata nuklir.

BACA JUGA:Trump Puji Prabowo di KTT ASEAN, Sebut Indonesia Berperan Penting bagi Perdamaian Timur Tengah

Amerika Serikat pertama kali memasuki era nuklir pada Juli 1945 melalui uji coba bom atom di Alamogordo, New Mexico. Beberapa minggu kemudian, dua bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki yang mengakhiri Perang Dunia II. Kini, tujuh dekade kemudian, keputusan Trump dinilai membuka kembali babak baru perlombaan senjata nuklir dunia.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait