Korban Keracunan Program MBG di Bandung Barat Tembus 842 Orang dalam Tiga Hari
-ANTARA Foto-
BANDUNG BARAT, RADARTVNEWS.COM - Kasus keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten BANDUNG Barat (KBB), Rabu (24/9). Ratusan siswa dari jenjang SD, MTs, hingga SMK mengalami mual, pusing, hingga kejang-kejang usai menyantap paket makan siang MBG. Sejumlah korban langsung ditangani di posko kesehatan sebelum dibawa ke rumah sakit terdekat.
Plt Kadisdik KBB, Dadang A. Sapardan, menegaskan bahwa kasus keracunan kali ini berasal dari dapur yang berbeda dengan kejadian sebelumnya pada Senin (22/9). “Ternyata ini dapur yang berbeda dengan lokus sekolah yang berbeda pula,” ujarnya. Hingga kini, total korban di Cipongkor mencapai 411 siswa dari PAUD hingga SMK yang dirawat di Puskesmas, RSUD Cililin, RSIA Anugrah, serta GOR Kecamatan Cipongkor.
Dinas Kesehatan Bandung Barat telah mengambil sampel makanan serta muntahan siswa untuk diuji di Labkesda Jawa Barat. Dugaan sementara, makanan dimasak terlalu dini sehingga kualitasnya menurun saat tiba di sekolah. Dari rangkaian kejadian sejak Senin hingga Rabu, total korban keracunan MBG di KBB mencapai 842 orang, terdiri dari 393 korban pada hari pertama dan 449 korban tambahan pada Rabu.
“Total korban keracunan sebanyak 842 orang. Data terakhir pada pukul 16.24 WIB,” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat, Lia N Sukandar. Ia menyebut jumlah korban pada kejadian kedua lebih besar, namun penanganan dilakukan lebih cepat berkat bantuan dari berbagai pihak. Perbedaan data dengan Pemprov Jabar yang sempat muncul dijelaskan Lia sebagai hasil perhitungan awal yang kini telah diperbarui.
Lonjakan pasien sempat membuat RSUD Cililin penuh sehingga menutup sementara akses pasien baru. Korban dengan gejala berat, seperti kejang, dehidrasi, dan penurunan kesadaran, dirujuk ke rumah sakit lain di sekitar lokasi. Keterbatasan fasilitas, terutama pasokan oksigen di posko kesehatan, menjadi kendala utama dalam penanganan awal kasus keracunan massal ini.
Kepala Staf Presiden (KSP) M Qodari sebelumnya menyebut dari total 5.000 kasus keracunan MBG di Indonesia, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus terbanyak. Selain di Bandung Barat, peristiwa serupa juga terjadi di Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Cianjur. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan pekan depan pihaknya akan memanggil penyelenggara MBG untuk meminta penjelasan.
BACA JUGA:Marak Keracunan MBG, Ini Langkah dan Solusi Bupati Bandung Barat
“Misalnya yang dilayani ribuan orang, tetapi yang melayani sedikit. Masaknya jam 1 malam, disajikan jam 12 siang. Jarak waktunya terlalu lama, ini yang harus dievaluasi. Kalau penyelenggara tidak mampu, ya diganti dengan yang lebih mampu,” kata Dedi di Bogor, Rabu (24/9). Ia menilai meski tidak ada korban meninggal, kejadian ini berdampak psikologis karena membuat anak-anak kehilangan kepercayaan terhadap makanan MBG.
Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) sejak Selasa (23/9) untuk mempercepat penanganan. Selama investigasi, dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Cipongkor ditutup sementara. “Kalau memang belum layak ya kita harus melakukan perbaikan, dan khusus untuk dapur di Cipongkor ini kita tutup dulu untuk kita investigasi,” kata Jeje. Namun, sehari setelah status KLB ditetapkan, puluhan pelajar kembali menjadi korban keracunan.
Sekda Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman menyebut ada 500 pelajar yang teridentifikasi mengalami keracunan pada Rabu (24/9). Dari jumlah tersebut, 400 pelajar ditangani di Posko Cipongkor dan 100 lainnya di Puskesmas Citalem. “Keluhannya pada umumnya itu mual, sesak, pusing, lemas,” ujar Herman. Selain di Cipongkor, keracunan juga dialami 45 siswa di Kecamatan Cihampelas dan dirawat di RSUD Cililin serta fasilitas kesehatan lainnya.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana yang meninjau posko penanganan korban di Cipongkor mengapresiasi kinerja petugas lapangan. Ia meminta seluruh daerah menyiapkan skenario darurat serupa agar penanganan lebih sigap. “Semuanya kan melihat sesuatu yang luar biasa di daerah ya, koordinasi baik sekali, dan saya catat tadi ada beberapa hal yang harus disiapkan,” ujarnya. Ia menyebut kejadian ini murni keteledoran meski kondisi dapur dinilai cukup baik.
Desakan agar program MBG dihentikan sementara menguat dari publik dan DPR RI. Koalisi Masyarakat Sipil Kawal MBG meminta evaluasi total terhadap penyelenggara. Ketua DPR RI Puan Maharani juga menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang. “Jadi, memang evaluasinya itu harus dilakukan secara total. Jadi, jangan saling menyalahkan, tapi kita evaluasi bersama sehingga jangan terulang kembali,” kata Puan. DPR berencana turun langsung untuk menelusuri akar masalah.
Data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat lonjakan signifikan kasus keracunan MBG dalam sepekan terakhir. Jika pada 14 September tercatat 5.360 kasus, per 21 September jumlahnya meningkat menjadi 6.452 kasus atau bertambah 1.092 kasus. Jawa Barat menempati posisi tertinggi dengan 2.012 kasus, disusul DIY 1.047 kasus, Jawa Tengah 722 kasus, Bengkulu 539 kasus, dan Sulawesi Tengah 446 kasus. Evaluasi menyeluruh kini dinilai menjadi langkah paling mendesak bagi keberlangsungan program MBG.
BACA JUGA:Ratusan Siswa di Bandung Barat Diduga Keracunan Usai Santap Program MBG
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
