Perubahan Iklim Mengancam: Peningkatan Suhu Berpotensi Perluas Sebaran Nyamuk Malaria
Ilustrasi--iStock
RADARTVNEWS.COM – Perubahan iklim global bukan hanya berdampak pada cuaca ekstrem, tetapi juga memicu kekhawatiran serius terhadap kesehatan masyarakat, terutama terkait penyakit yang dibawa oleh vektor, seperti malaria. Para ahli kesehatan dan lingkungan memperingatkan bahwa kenaikan suhu rata-rata dan pola curah hujan yang tidak menentu berpotensi memperluas wilayah sebaran nyamuk Anopheles, vektor utama penyebar parasit malaria.
Suhu Optimal untuk Perkembangbiakan Nyamuk
Penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengindikasikan adanya korelasi kuat antara kenaikan suhu dan siklus hidup nyamuk. Nyamuk Anopheles berkembang biak paling optimal pada suhu antara 20°C hingga 30°C.
Ketika suhu udara meningkat, dua hal krusial terjadi:
1. Siklus Hidup Dipercepat: Waktu yang dibutuhkan telur nyamuk untuk menetas dan berkembang menjadi nyamuk dewasa menjadi jauh lebih singkat.
2. Parasit Matang Lebih Cepat: Parasit Plasmodium (penyebab malaria) yang hidup di dalam tubuh nyamuk juga matang dan menjadi infektif lebih cepat, sehingga nyamuk dapat menularkan penyakit dalam waktu yang lebih singkat setelah menghisap darah penderita.
Di Indonesia, wilayah dataran tinggi yang dulunya terlalu dingin bagi nyamuk Anopheles kini berpotensi menjadi zona endemis baru.
BACA JUGA:Rekomendasi Obat Nyamuk Produk Lokal yang Efektif Usir Nyamuk
BACA JUGA:Kebanyakan Gula Bisa Picu Banyak Penyakit, Yuk Kurangi dari Sekarang!
Peran Curah Hujan dalam Perluasan Habitat
Selain suhu, perubahan pola curah hujan juga memainkan peran signifikan. Peningkatan curah hujan dapat menciptakan genangan air baru yang lebih banyak, yang merupakan tempat ideal bagi nyamuk untuk bertelur. Sebaliknya, periode kekeringan ekstrem dapat memaksa masyarakat menyimpan air dalam wadah, yang juga dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa beberapa wilayah di Indonesia mengalami pergeseran musim yang ekstrem. Perubahan ini menuntut kesiapsiagaan sistem kesehatan, terutama di wilayah yang sebelumnya memiliki kasus malaria rendah.
Strategi Adaptasi dan Mitigasi di Indonesia
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah merespons potensi ancaman ini dengan memperkuat program pencegahan, meliputi:
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
