BANNER HEADER DISWAY HD

Kesehatan Mental Mahasiswa: Tantangan yang Tak Boleh Diabaikan

Kesehatan Mental Mahasiswa: Tantangan yang Tak Boleh Diabaikan

gambaran mahasiswa terkena mental-foto:Ist-

RADARTVNEWS.COMKesehatan mental di kalangan mahasiswa kini menjadi isu yang semakin disorot. Tekanan dari tugas kuliah, jadwal yang padat, tanggung jawab organisasi, hingga masalah pribadi kerap memengaruhi kondisi psikologis mereka. Laporan dari berbagai survei menunjukkan adanya peningkatan kasus stres, kecemasan, dan depresi di lingkungan kampus, terutama setelah masa pandemi.

Tingginya beban akademik membuat sebagian mahasiswa mengalami penurunan motivasi belajar, sulit berkonsentrasi, bahkan menarik diri dari lingkungan sosial. Faktor ekonomi, persaingan prestasi, dan ketidakpastian masa depan turut memperburuk keadaan. Stigma negatif terhadap upaya mencari bantuan profesional juga masih menjadi penghalang bagi banyak mahasiswa untuk mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.

Dampak kesehatan mental yang terganggu tidak hanya dirasakan secara emosional, tetapi juga berpengaruh pada kemampuan berpikir, pengambilan keputusan, dan produktivitas. Mahasiswa dengan kondisi mental yang kurang baik cenderung mengalami penurunan prestasi akademik dan kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat.

Pengelolaan kesehatan mental memerlukan pendekatan yang konsisten dan terintegrasi. Beberapa langkah yang dapat dilakukan mahasiswa untuk menjaga kondisi psikologis antara lain:

1. Manajemen waktu yang terstruktur – membuat jadwal belajar, istirahat, dan kegiatan sosial secara seimbang untuk menghindari penumpukan beban.

2. Menjaga pola hidup sehat – mengonsumsi makanan bergizi, tidur cukup minimal 7 jam per malam, serta melakukan aktivitas fisik rutin seperti olahraga ringan atau berjalan kaki.

BACA JUGA:Mencari Like dan Pengakuan: Bahaya Haus Validasi bagi Kesehatan Mental

3. Membangun dukungan sosial – menjalin komunikasi yang baik dengan teman, keluarga, atau komunitas positif agar memiliki tempat untuk berbagi cerita dan keluh kesah.

4. Teknik relaksasi – mempraktikkan meditasi, pernapasan dalam, yoga, atau journaling untuk mengelola emosi dan mengurangi ketegangan.

5. Mengurangi paparan stresor – membatasi konsumsi berita negatif atau media sosial yang memicu perasaan cemas berlebihan.

6. Mencari bantuan profesional – memanfaatkan layanan konseling kampus atau psikolog independen saat merasa kesulitan mengatasi masalah sendiri.

Selain upaya pribadi, peran pihak kampus juga penting. Penyediaan layanan konseling yang mudah diakses, pelatihan manajemen stres, serta ruang aman untuk diskusi dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang sehat. Edukasi tentang kesehatan mental perlu terus disosialisasikan melalui seminar, media sosial, dan kegiatan mahasiswa.

Dengan kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan pihak kampus, kesehatan mental di dunia perkuliahan dapat lebih terjaga. Lingkungan akademik yang mendukung akan menghasilkan generasi yang tangguh secara emosional dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait