Gemoy! Video Penampakan Bayi Badak Sumatera Penghuni Baru TN Way Kambas
Penghuni baru SRS TNWK.-KLH-KLH
RADARTV - Kabar gembira dari dunia konservasi Indonesia. Satu ekor anak badak sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) lahir di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK), Sabtu (25/11).
Bayi berjenis kelamin jantan ini memiliki bobot 25 kilogram dan sudah berada di dalam kandang perawatan (boma) SRS TNWK.
Ini kelahiran kelima di SRS TNWK sejak 11 tahun silam. Diawali dari Andatu (2012), Delilah (2016), Sedah Mirah (2022). Kemudian, satu bayi badak lahir pada 30 September 2023, hasil perkawinan indukan Ratu dan pejantan Andalas.
BACA JUGA:
Petugas Kaget, Bayi Badak Lahir di Luar Perkiraan saat Ditemukan Sudah Menyusu di Hutan
Sedangkan bayi badak terbaru belum dinamai. Ini hasil perkawinan indukan Delilah dan pejantan Harapan.
"Ini memberikan semangat untuk kita semua agar terus berupaya semaksimal mungkin dalam melestarikan badak Sumatera yang terancam punah," kata Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya dilansir dari laman KLH.
Senada, Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI), Jansen Manansang menambahkan, badak Delilah yang melahirkan anak pertamanya merupakan hasil dari proses perkawinan alami di SRS TNWK.
Ke depan, Yayasan Badak Indonesia terus berkomitmen untuk membantu dan mendukung sepenuhnya program dan upaya Pemerintah Republik Indonesia khususnya dalam upaya konservasi badak di Indonesia.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106 tahun 2018, badak sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia.
Anak Delilah terpantau sehat sampai saat ini Sob!
Kelahiran pertama Delilah ini berlangsung normal di hutan tanpa bantuan dokter. Anak badak sudah dapat berdiri tegak dan berjalan.
Bahkan saat ditemukan pertama kali, anak badak sudah bisa menyusu dalam posisi berdiri. pic.twitter.com/eEtiuPhemG — Kementerian LHK (@KementerianLHK) November 27, 2023
Di dalam IUCN Red List, status konservasi badak sumatera saat ini adalah critically endangered/CR.
Dengan kata lain spesies ini punya risiko kepunahan ekstrem karena populasinya turun drastis lebih dari 80% dalam 10 tahun terakhir (atau 3 generasi), dengan populasi saat ini kurang dari 50 ekor. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: ppid.menlhk.go.id