BANNER HEADER DISWAY HD

Makna Mendalam Lagu "Pisah" Guyon Waton, Antara Cinta, Restu, dan Keikhlasan

Makna Mendalam Lagu

Pisah--istimewa

RADARTVNEWS.COM - Guyon Waton, grup musik asal Yogyakarta yang dikenal lewat lagu-lagu berbahasa Jawa penuh makna, kembali menyentuh hati pendengarnya lewat karya berjudul Pisah. Lagu ini menjadi salah satu yang paling melekat di hati banyak orang karena menghadirkan kisah cinta yang begitu dekat dengan kehidupan nyata, mencintai sepenuh hati, tetapi harus merelakan karena tidak mendapat restu orang tua.

Sejak bait awal, lirik lagu ini sudah membawa pendengar ke suasana sendu. “Kowe sing ono ning atiku, teko tanpo tak kiro” menggambarkan perasaan jatuh cinta yang datang tiba-tiba, tanpa bisa diprediksi. Sosok yang dicintai hadir dan menjadi bagian penting dalam hidup, bahkan membuat hati terasa lengkap. Namun, kebahagiaan itu perlahan berganti dengan kesedihan karena keadaan tidak memihak.

Bagian yang paling menyayat hati muncul ketika Guyon Waton menyanyikan 

“Kepekso pisah mergo wong tuwo, dudu salahku karo kowe, kahanan mekso koyo ngene.”

Lirik ini seperti tamparan nyata bagi mereka yang pernah mengalami cinta tanpa restu. Tidak ada yang salah dalam hubungan itu, tidak ada pengkhianatan atau kesalahan besar, hanya saja keadaan dan kehendak orang tua yang membuat keduanya harus terpisah.

BACA JUGA:Menkeu Purbaya Yudhi Siap Dikritik, Janji Tidak Jadi Pejabat

Lebih jauh, lagu ini juga berbicara tentang keikhlasan. Lirik “Aku kudu nrimo, aku karo kowe pancen ora iso” menjadi refleksi mendalam bahwa mencintai tidak selalu berarti memiliki. Terkadang cinta yang paling dewasa justru ditunjukkan lewat kemampuan untuk merelakan, meski hati masih menyimpan rasa yang begitu dalam.

Musikalitas sederhana dengan nuansa akustik membuat pesan lirik semakin sampai ke hati pendengar. Nada tenang justru semakin memperkuat kesedihan yang ingin dituangkan, sehingga setiap kata terasa lebih hidup. Tidak sedikit yang mengaku ikut meneteskan air mata saat mendengarkan, apalagi ketika sampai pada bagian:

“Netes banyu moto, gawe loro ning njero dodo, ati iki iseh tresno.”

Lirik ini seakan mewakili jeritan hati orang-orang yang masih mencintai, tetapi harus menerima kenyataan pahit karena terpaksa berpisah.

Fenomena Pisah juga memperlihatkan bahwa bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Jawa, mampu menembus batas. Meski tidak semua orang paham artinya secara penuh, emosi yang tersampaikan lewat suara vokal dan instrumen musik membuat siapa pun bisa merasakan kepedihannya. Itulah keistimewaan karya Guyon Waton: sederhana, tulus, namun begitu dalam.

Lagu Pisah bukan sekadar lagu galau biasa, melainkan sebuah karya yang mengajarkan bahwa cinta sejati pun terkadang tidak cukup untuk melawan realita. Namun di balik kesedihan itu, tersimpan pesan bijak, kebahagiaan bukan hanya soal bersama, melainkan juga saat kita mampu ikhlas melihat orang yang kita cintai menemukan kebahagiaannya, meski dengan orang lain. Sebagaimana lirik terakhir menutup dengan doa

“Mugo kowe bahagia, karo wong liyo sing luwih soko aku.”

Dengan makna sedalam ini, tidak heran jika Pisah terus bergema di hati pendengarnya. Lagu ini bukan hanya tentang perpisahan, tapi juga tentang kedewasaan, keikhlasan, dan bentuk cinta paling tulus yang pernah ada.

BACA JUGA:Tan Malaka dalam Sastra: Novel-Novel yang Wajib Dibaca

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: