Sri Mulyani: Rumah Dijarah, Hatinya Memilih Mendoakan Negeri
Menteri Keuangan Sri Mulyani Saat Bersalaman dengan Presiden RI Prabowo Subianto saat rapat Kabinet-Foto : Instagram @smindrawati-
“Itu sistem demokrasi Indonesia yang beradab. Pasti belum dan tidak sempurna. Tugas kita adalah terus memperbaiki kualitas demokrasi itu—bukan dengan intimidasi, anarki, atau represi,” tulisnya.
Terima Kasih, Bahkan Untuk Makian
Mungkin salah satu bagian paling menyentuh dari unggahan Sri Mulyani adalah ketika ia berterima kasih. Bukan hanya kepada pendukung, tapi juga kepada para pengkritik dan bahkan mereka yang mencaci.
“Terima kasih kepada seluruh masyarakat, termasuk netizen, guru, dosen, mahasiswa, media massa, pelaku UMKM, koperasi, usaha besar, dan semua pemangku kepentingan yang terus memberi masukan, kritikan, sindiran, bahkan makian… Itu adalah bagian dari proses membangun Indonesia,” katanya.
Ia tidak menutup telinga terhadap suara sumbang. Ia memaknai semuanya sebagai proses menuju perbaikan. Ia bahkan menyelipkan permintaan maaf.
“Kami mohon maaf. Pasti masih banyak sekali kekurangan. Bismillah, kami perbaiki terus menerus,” tuturnya.
Di tengah gelombang protes dan ketidakpuasan, respons Sri Mulyani adalah pelajaran tentang kepemimpinan yang matang dan hati yang lapang. Ia telah menunjukkan bahwa menjadi pejabat negara bukan hanya soal kebijakan fiskal, tapi juga soal integritas moral.
Dalam dunia yang makin gaduh dan mudah tersulut, Sri Mulyani memilih menjadi suara yang menenangkan: mengajak bukan menghardik, menyembuhkan bukan menuding.
Dan di situlah letak keberanian sejatinya. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
