BANNER HEADER DISWAY HD

Fenomena Joki Strava: Tren Baru yang Bikin Heboh

Fenomena Joki Strava: Tren Baru yang Bikin Heboh

Fenomena joki strava --Foto Istimewah

BANDARLAMPUNG, RADARTVNEWS. COM - Olahraga lari dalam beberapa tahun terakhir semakin diminati masyarakat. Mulai dari sekadar jogging santai di lingkungan rumah, hingga ikut event lari resmi seperti marathon dan fun run. Kehadiran aplikasi penunjang seperti Strava pun menambah semangat, karena pelari bisa melihat catatan hasil latihan mereka dengan lebih terukur sekaligus membagikannya ke media sosial.

Namun, di balik tren positif itu, muncul pula fenomena unik yang tak kalah ramai diperbincangkan. Bukan soal prestasi nyata, melainkan soal bagaimana sebagian orang justru mencari “jalan pintas” untuk terlihat hebat secara digital. Fenomena inilah yang belakangan disebut sebagai joki Strava, sebuah istilah yang kini mencuri perhatian komunitas Olahraga.

Dunia Olahraga lari pun mendadak diramaikan dengan perbincangan seputar joki Strava. Bukan tentang rekor lari baru atau event marathon, melainkan soal hadirnya tren ini yang jadi bahan obrolan hangat di kalangan pelari maupun warganet.

Strava selama ini dikenal sebagai aplikasi populer yang membantu mencatat aktivitas Olahraga, mulai dari lari, bersepeda, hingga berenang. Banyak penggunanya merasa termotivasi karena bisa memantau progres, sekaligus membagikan hasil latihan ke media sosial. Namun, fungsi positif itu justru dimanfaatkan sebagian orang dengan cara tak biasa: menyewa orang lain untuk mencatatkan aktivitas lari di akun mereka.

Fenomena joki Strava membuat sebagian orang terheran-heran. Pasalnya, catatan Olahraga yang seharusnya menjadi bukti konsistensi justru bisa “dibeli” tanpa benar-benar dilakukan. Bagi sebagian pelari, hal ini dianggap lucu, tetapi bagi yang lain, praktik tersebut dinilai mengurangi makna sportivitas dalam dunia Olahraga.

Apa Itu “Joki Strava” dan Mengapa Viral?

Joki Strava merujuk pada layanan di mana seseorang (joki) bersedia mengambil alih akun Strava milik orang lain untuk mencatat rekor aktivitas Olahraga—mulai dari jarak tempuh hingga kecepatan—tanpa si pemilik akun benar-benar berolahraga sendiri. Hal ini memungkinkan pengguna Strava untuk memamerkan performa virtual tanpa harus berkeringat.

Layanan ini menawarkan kemudahan instan: akun Strava bisa memiliki statistik menonjol—jarak yang jauh, pace yang cepat, atau waktu tempuh yang impresif—tanpa usaha fisik dari pemilik akun. Tidak heran, fenomena ini menarik perhatian karena dipicu oleh efek FOMO atau “takut ketinggalan tren,” di mana banyak orang merasa perlu memamerkan hasil Olahraga di media sosial bahkan tanpa melakukannya secara nyata.

Dari sisi bisnis, tarif jasa joki pun bervariasi. Semakin jauh jarak yang diminta atau semakin cepat pace yang diinginkan, maka harga yang ditawarkan juga makin tinggi. Seorang penyedia jasa bahkan terang-terangan menuliskan, “harga menyesuaikan pace, kilometer, dan lain-lain.”

Pandangan Psikolog & Dampak Sosial

Dari kacamata psikologis, fenomena joki Strava mencerminkan keinginan kuat sebagian orang untuk diakui dan dihargai oleh lingkungannya. Sama seperti tren “joki tugas” di dunia pendidikan, praktik ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk tampil sempurna di ruang publik, meski dengan cara yang tidak otentik.

 

Lebih jauh, fenomena ini juga menunjukkan tekanan sosial dalam budaya digital: banyak orang merasa harus terus berprestasi, minimal di dunia maya. Ironisnya, mereka yang menggunakan jasa seperti ini justru rentan mengalami kecemasan—terutama takut rahasianya terbongkar. Alih-alih sehat mental, justru bisa menimbulkan beban baru.

Tren yang Mendunia

Fenomena joki Strava ternyata tidak hanya menjadi isu lokal, melainkan juga mendapat sorotan di komunitas pelari internasional. Beberapa media luar negeri mencatat bahwa tren ini mulai muncul di berbagai negara, sebagai bagian dari perilaku “palsu demi gengsi” di aplikasi Olahraga. Hal ini semakin menegaskan bahwa budaya digital bisa mendorong orang untuk melakukan hal-hal ekstrem hanya demi pengakuan sosial.

Kembali ke Esensi Olahraga

Pada akhirnya, fenomena joki Strava menjadi cermin tantangan di era digital: antara kebutuhan validasi sosial dan realitas perjuangan fisik. Memang benar, statistik di aplikasi bisa memberikan rasa bangga, tapi angka-angka itu hanyalah data. Nilai sejati dari Olahraga terletak pada konsistensi, proses, dan manfaat nyata bagi tubuh maupun pikiran.

Olahraga seharusnya tidak berhenti pada layar ponsel atau unggahan media sosial. Lebih penting adalah bagaimana seseorang menjaga kesehatan, membangun semangat positif, dan menjadikan Olahraga sebagai gaya hidup yang berkelanjutan.

Maka, alih-alih mencari jalan pintas dengan menyewa joki, setiap pelari diajak untuk menikmati proses. Karena pada akhirnya, rekor di aplikasi bisa saja palsu, tapi kebugaran dan kesehatan yang diraih lewat usaha nyata tidak akan pernah bisa ditipu.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: