BANNER HEADER DISWAY HD

Bill Gates, Zuckerberg, Hingga Jack Ma Berpaling dari Teknologi ke Pertanian: Sektor yang Sedang Naik Tahta

Bill Gates, Zuckerberg, Hingga Jack Ma Berpaling dari Teknologi ke Pertanian: Sektor yang Sedang Naik Tahta

-Instagram/infarm.id-

Teknologi pertanian modern menekan penggunaan air, pupuk, dan emisi karbon. Sistem budidaya berkelanjutan diterapkan agar produksi terus berjalan tanpa merusak lingkungan. Energi hijau dan konservasi tanah menjadi bagian dari strategi pengembangan.

Data ekonomi turut menguatkan tren tersebut. Indeks Lahan Pertanian NCREIF mencatat imbal hasil rata-rata 10,15 persen per tahun sejak 1992 dengan volatilitas rendah. Bagi investor besar, angka ini menggoda karena menunjukkan stabilitas dibanding pasar saham yang lebih fluktuatif.

Pandemi COVID-19 membuka mata banyak negara mengenai rapuhnya rantai pasok pangan global. Harga gandum melonjak, pupuk langka, dan distribusi terganggu. Situasi tersebut menjadi alarm bahwa ketahanan pangan merupakan fondasi utama keberlangsungan negara.

Para miliarder kemudian mengamankan lahan dan membangun sistem produksi pangan mandiri sebagai antisipasi. Langkah ini bukan sekadar diversifikasi, tetapi strategi jangka panjang untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi dan politik dunia.

Sektor pertanian kini dilihat sebagai ruang strategis baru. Pertanyaan pun muncul, mengapa tokoh digital yang membangun software dan media sosial berpaling ke ladang? Jawabannya sederhana, pengendali pangan mengendalikan fondasi stabilitas masa depan.

BACA JUGA:Prabowo Tetapkan Biaya Haji 2026 melalui Keppres 34/2025

Indonesia memiliki peluang besar sebagai negara agraris. Modernisasi pertanian dengan teknologi dapat meningkatkan produktivitas. Pemerintah, peneliti, dan pelaku industri perlu bergerak bersama membuka akses teknologi bagi petani.

Pada level rumah tangga, urban farming dan vertical farming menjadi opsi bagi warga kota. Menanam sayuran sendiri mengurangi ketergantungan pasar dan memberi edukasi pangan sejak dini. Langkah kecil ini berkontribusi besar dalam jangka panjang.

Program seperti 'Koperasi Desa Merah Putih' berpotensi memperkuat distribusi hasil tani secara adil. Pemangkasan jalur tengkulak memberi nilai lebih bagi petani. Kolaborasi multipihak dapat menciptakan rantai produksi yang lebih sehat dan efisien.

Ketika para miliarder membangun lumbung pangan pribadi, masyarakat tidak seharusnya hanya menonton. Kedaulatan pangan mesti menjadi gerakan kolektif, bukan sekadar wacana. Semua pihak memiliki peran dalam memastikan pasokan pangan tetap terjaga.

Momentum global ini memberi sinyal kuat bahwa pertanian kembali naik tahta. Masa depan ekonomi tidak hanya ditentukan teknologi digital, tetapi juga siapa yang mampu mengelola pangan. Sekarang waktunya bertindak, bukan menunggu.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait