BANNER HEADER DISWAY HD

Mesin yang Melaju, Kuasa yang Membisu: Potret Luka Demokrasi Indonesia

Mesin yang Melaju, Kuasa yang Membisu: Potret Luka Demokrasi Indonesia

-Istimewa-

BANDAR LAMPUNG, RADARNEWSTV.COM - Seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan (21), tewas usai terlindas kendaraan taktis Brimob pada Rabu malam, 28 Agustus 2025. Insiden tragis ini terjadi di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, tak jauh dari gedung DPR RI yang saat itu dipenuhi massa aksi pada kamis kemarin (28/08/25). Affan, yang sehari-hari menjadi mitra ojol Gojek, tengah mencari nafkah ketika sebuah rantis Brimob melintas kencang dan menyerempetnya hingga ia tak terselamatkan.

Peristiwa ini bukan hanya meninggalkan duka bagi keluarga dan rekan sejawat, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar tentang keselamatan warga sipil di ruang publik serta akuntabilitas aparat dalam menjalankan tugas pengamanan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 pasal 14 tentang Kepolisian.

Pihak Gojek menyatakan Affan adalah mitra aktif mereka. Informasi ini penting bukan untuk menempelkan label, melainkan untuk menegaskan bahwa ia adalah pekerja harian bagian dari tulang punggung ekonomi keluarganya. Kehilangan ini bukan sekadar angka, ia punya keluarga, rekan, dan masa depan yang kini tinggal kenangan. 

BACA JUGA:Fakta Baru Kematian Affan Kurniawan: Ojol yang Tewas Dilindas Bukan Peserta Demo, Tapi Sedang Antar Pesanan

Atas insiden tersebut, Divisi Propam Polri mengamankan tujuh anggota Brimob yaitu Kompol C, Aipda M, Bripka R, Briptu D, Bripda M. Bharaka Y, dan Bharaka J, yang berada di dalam rantis saat insiden berlangsung dan melakukan proses pemeriksaan internal disebut berjalan untuk mengusut kronologi dan pertanggungjawaban.



Di saat yang sama, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo (Kapolri) menyampaikan permintaan maaf secara terbuka dan memerintahkan Propam menindaklanjuti kasus ini. Respons seperti ini perlu dicatat, tetapi juga perlu diawasi, dikarenakan publik menunggu proses yang transparan, bukan sekadar pernyataan.

Jenazah Affan dimakamkan di TPU Karet Bivak jam 09:00 pagi tadi WIB. Di jalan menuju pemakaman, ratusan pengemudi ojol mengiringi, memperlihatkan solidaritas institusi formal. Solidaritas ini adalah suara warga yang menuntut negara kembali ke fungsi dasarnya, melindungi dan mensejahterakan. 

Adapun pemicu demo kemarin sore adalah luapan frustasi rakyat terutama buruh dan mahasiswa yang menuntut keadilan sosial dan ekonomi.
Masyarakat menyoroti sistem pajak yang timpang, perlindungan pekerja yang hilang, dan kebijakan pemerintah yang terasa jauh dari aspirasi rakyat. Ketika suara-suara itu tidak didengar, aksi turun ke jalan muncul sebagai bentuk desakan keras untuk reformasi nyata.

BACA JUGA:Demo 28 Agustus di DPR Ricuh, Mahasiswa Dipukul Mundur Hingga Jalan Senayan

Kasus Affan menyingkap wajah demokrasi Indonesia dimana bukan sekadar pemilu, tapi soal rasa aman, akuntabilitas, dan keadilan bagi yang lemah. Saat aparat yang seharusnya melindungi justru menakutkan, kontrak sosial pun retak. Mesin yang melaju bagaikan institusi tanpa rem, dan kuasa yang membisu adalah budaya diam pada pelanggaran, sebab ketika negara abai mendengar dan bertanggung jawab, demokrasi kehilangan pijakannya.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: