Studi dan Fakta: Mengapa Air Sungai Bisa Jadi Jernih & Hijau Pasca Banjir di Sumatera

Kamis 04-12-2025,21:29 WIB
Reporter : MG - Aulia Suspadila
Editor : Jefri Ardi

RADARTVNEWS.COM – Baru-baru ini, fenomena mengejutkan terjadi di beberapa sungai dan danau di Sumatera: setelah banjir dan longsor, air yang tadinya keruh berubah menjadi jernih, bahkan tampak berwarna kebiruan atau kehijauan. Banyak orang pun bertanya-tanya bagaimana bisa air keruh pasca hujan deras dan banjir, mendadak berubah bening dan menarik secara visual. Menurut para ahli dan hasil studi lingkungan, ada beberapa mekanisme ilmiah yang menjelaskan perubahan tak terduga ini. 

Saat banjir besar atau luapan air dari danau/waduk terjadi, air deras membawa serta sedimen, lumpur, pasir, kayu, dan material kasar dari hulu. Tapi ketika aliran mulai melambat dan debit turun, partikel-partikel berat ini cenderung mengendap di dasar sungai atau di area cekungan. Sementara sedimen halus atau bahan tersuspensi bisa ikut tertahan di zona “mati aliran” (dead zones), atau di cekungan di balik batu-batuan, cobble, batu besar, sehingga air di permukaan dan aliran utama menjadi lebih bening.

BACA JUGA:BMKG Peringatkan Hujan Lebat 2–3 Desember, Sejumlah Wilayah Diminta Siaga Banjir dan Longsor

Dalam kasus seperti Sungai Ombilin dan Danau Singkarak yang sempat menjadi sorotan setelah banjir bandang/longsor di Sumatera, salah satu faktor penting adalah pelepasan air dari lapisan dalam waduk/danau. Lapisan bawah di badan air seperti danau atau waduk sering lebih jernih karena sedimen halus telah lama mengendap. Ketika pintu air dibuka (misalnya untuk meredam kenaikan debit), air yang dilepaskan dari kedalaman bisa lebih bersih dibanding air permukaan sebelumnya, sehingga sungai atau muara menerima air jernih. 

Selain itu, warna air yang tampak hijau atau biru kehijauan kadang dipengaruhi oleh perubahan komposisi bahan terlarut: misalnya jika bahan organik seperti humic atau fulvic acid yang biasanya memberi rona kecokelatan pada air, ikut tersaring atau mengendap, maka warna “cokelat keruh” bisa berkurang. Dengan sedimen dan bahan organik tersuspensi dan tertahan, serta air dalam yang relatif jernih menggantikan massa air di permukaan, air sungai bisa tampak lebih bersih dan berwarna menarik.

Namun para ahli memperingatkan bahwa “tampak jernih” belum berarti air itu bersih atau aman secara ekologis. Warna biru-hijau bisa sekadar efek visual dari refleksi langit atau sedimen halus yang sulit terlihat, tidak menjamin tidak ada polutan atau partikel halus di dalam air. 

Fenomena ini menjadi pengingat penting bahwa sungai dan danau bersifat dinamis, sedimen, aliran air, kedalaman, dan operasi bendungan bisa mengubah karakter air secara dramatis. Bagi masyarakat dan pemangku kebijakan, dibutuhkan riset lanjutan seperti pemantauan kualitas air pasca banjir, survei sedimentasi dasar sungai, serta pendidikan publik agar tidak terbawa persepsi visual semata.

Kategori :