Charlie Kirk, Tangan Kanan Israel Sekaligus Anak Emas Amerika Serikat Tewas Ditangan Penembak Jitu

RADARTVNEWS.com – Charlie Kirk, anak emas Amerika Serikat, tewas ditembak ketika sedang berbicara di sebuah acara kampus di Utah Valley University pada tanggal 10 September 2025. Kejadian ini bukan hanya mengejutkan publik, tetapi juga memicu diskusi hangat mengenai meningkatnya kekerasan politik di Amerika Serikat. 

Lahir di Illinois, Amerika Serikat pada 14 Oktober 1993, Charlie Kirk dikenal sebagai aktivis konservatif Amerika yang menonjol sejak usia muda. Ia tidak melanjutkan pendidikan formal ke universitas, tetapi sejak remaja sudah aktif dalam kegiatan politik. Kirk kemudian menjadi salah satu figur publik yang vokal membela nilai-nilai konservatif, kapitalisme bebas, serta kebijakan Partai Republik.

 

Pada 2012, ia mendirikan Turning Point USA (TPUSA), organisasi nirlaba konservatif yang berfokus pada generasi muda, khususnya mahasiswa, hingga pada 2016 namanya dikenal sangat luas atas dukungan terbukanya terhadap Donald Trump serta keterlibatan dalam kampanye politik Partai Republik.

BACA JUGA:Gen Z Nepal Bikin Gebrakan, Sempat Lakukan Voting Perdana Menteri Interim Lewat Discord

Kejadian penembakan ini terjadi pada 10 September, Rabu siang hari. Saat itu, Kirk tampil di acara “American Comeback Tour” yang diselenggarakan oleh Turning Point USA di UVU, di Orem, Utah, Amerika Serikat. Sekitar 20 menit setelah acara dimulai, ia ditanya oleh seorang mahasiswa tentang jumlah pelaku penembakan massal di Amerika dalam kurun 10 tahun terakhir. Kirk hendak menjawab pertanyaan tersebut saat suara tembakan terdengar. Kirk terkena tembakan di leher dan langsung dibawa ke rumah sakit. Namun nyawanya tidak terselamatkan dan dia dinyatakan meninggal pada hari yang sama.

Dalam Insiden ini, tersangka yang ditangkap adalah Tyler James Robinson (22) warga Utah. Dia diduga melakukan penembakan tersebut dari sebuah bangunan dengan senapan bolt-action berkaliber .30-06 yang dilengkapi scope atau teropong bidik. Dari tempat kejadian, Beberapa peluru kosong dan selongsong peluru yang tidak digunakan ditemukan dengan ukiran pesan-pesan yang provokatif, termasuk istilah-istilah anti-fasis, Misalnya salah satu selongsong bertuliskan “Hey fascist! CATCH!”, “Bella Ciao…” dan satu lagi mengandung frase yang menghina homofobia.

 

Atas kejadian ini, Donald Trump, selaku presiden Amerika Serikat saat ini sangat menyayangkan sekaligus memberikan kecaman dan sebutan “heinous assassination” atau yang berarti “Pembunuhan Kejam”. Peristiwa ini menuai banyak reaksi di media sosial, Sebagian orang mengutuk, sebagian lainnya menyebut insiden ini sebagai contoh ekstrem kekerasan politik.

BACA JUGA:Harga Singkong di Lampung Anjlok, Banjir Impor Tepung Tapioka Jadi Penyebabnya

Beberapa portal pemberitaan luar negeri, khususnya milik Amerika Serikat sendiri, menyatakan motif penembakan tersebut belum menemui kejelasan secara penuh, meskipun ada indikasi bahwa pelaku memiliki ketidaksukaan terhadap pandangan atau aktivitas politik Kirk. Pesan-pesan yang diukir pada peluru dan komunikasi via aplikasi chat menjadi bagian dari penyelidikan.

 

Kasus ini juga memicu debat tentang keamanan acara publik, dampak retorika politik yang ekstrem, modernisasi media sosial, dan tanggung jawab institusi pendidikan. Penembakan Charlie Kirk menjadi tragedi yang mengguncang tidak hanya komunitas konservatif, tapi masyarakat luas yang memandangnya sebagai cermin dari polarisasi politik yang semakin tajam. Sementara penyelidikan masih berlangsung, banyak yang khawatir bahwa insiden seperti ini bisa terulang kembali.

BACA JUGA:Korupsi Anggaran Makan-Minum, Mantan Pejabat BPBD Lampung Utara Ditahan Polres

Sumber: