BANNER HEADER DISWAY HD

Fenomena Konten Absurd di Facebook Pro: Antara Cuan, Sensasi, dan Ancaman terhadap Ekosistem Digital

Fenomena Konten Absurd di Facebook Pro: Antara Cuan, Sensasi, dan Ancaman terhadap Ekosistem Digital

--

RADARTVNEWS.COM– Platform media sosial Facebook Pro tengah dibanjiri gelombang konten absurd yang diproduksi oleh para kreator, terutama dari kalangan ibu rumah tangga.

Di tengah kemudahan monetisasi dan tingginya potensi cuan, muncul tren konten berbau sensasi yang dinilai telah merusak kualitas informasi digital dan menurunkan standar hiburan masyarakat.

Fenomena ini berakar dari tren "A Day in My Life" yang sempat populer di awal tahun, di mana banyak ibu rumah tangga membagikan aktivitas harian mereka demi menarik perhatian warganet dan meningkatkan jumlah pengikut. Namun, seiring waktu, konten semacam ini bergeser ke arah yang lebih ekstrem dan tidak jarang menabrak batas etika demi viralitas.

Tak sedikit dari mereka yang mengunggah video memasak dengan bahan tak lazim, membagikan tips parenting yang membingungkan, hingga menampilkan konflik rumah tangga secara vulgar. Bahkan, eksploitasi anak mulai marak dengan alasan “prank” atau drama keluarga, hanya demi menaikkan engagement dan pendapatan dari monetisasi.

"Awalnya kami cuma mau berbagi cerita harian," ujar salah satu kreator konten rumah tangga. "Tapi ternyata, yang rame justru konten yang heboh, yang bikin orang berhenti scroll."

Algoritma Dorong Sensasi

Perilaku ini turut dipicu oleh algoritma Facebook Pro yang lebih mengutamakan durasi tontonan dan interaksi dibandingkan kualitas konten. Akibatnya, konten clickbait dan sensasional lebih sering muncul di beranda pengguna ketimbang konten edukatif atau informatif.

"Penonton kini cenderung menyukai kejutan instan ketimbang substansi," ujar pengamat media sosial, Dita Aulia. "Ini membuat kreator merasa terpaksa memproduksi konten yang semakin absurd demi bertahan."

Pergeseran ini dinilai berbahaya. Penonton menjadi terbiasa dengan hiburan dangkal dan kehilangan kemampuan berpikir kritis. Sementara itu, para kreator terjebak dalam tekanan untuk terus memproduksi konten ekstrem agar tidak kehilangan audiens.

Facebook Perketat Regulasi

Menanggapi tren ini, Facebook mulai memperketat aturan monetisasi di tahun 2025. Konten yang dianggap tidak berkualitas, bersifat clickbait ekstrem, atau melanggar etika—seperti eksploitasi anak—mulai diberi sanksi hingga dicabut hak monetisasinya.

Langkah ini memicu kegelisahan di kalangan kreator yang selama ini menggantungkan penghasilan dari konten sensasional. Banyak dari mereka kini kesulitan mempertahankan eksistensinya, bahkan mulai mencari celah atau berpindah ke platform lain.

Namun, sejumlah pihak menilai regulasi ini datang terlambat. Ekosistem Facebook Pro telah terlanjur dipenuhi konten tidak bermutu, dan sebagian besar penonton telah kecanduan gaya tontonan instan yang minim nilai.

Masa Depan Facebook Pro

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: