Siapa Saja Sastrawan Dalam Angkatan 66, Berikut Profil dan Karyanya
Ketua MPR RI kal itu menerima Angkatan 66 -Foto : opac.perpusnas.go.id-
RADAR TV – Angkatan 66 adalah sebuah generasi yang lahir di tengah-tengah peristiwa yang terjadi antara tahun 1965 sampai 1966.
Angkatan ini pertama kali dicetuskan oleh H.B. Jasin dalam majalah Horison pada tahun 1966 setelah ditumpasnya pengkhianatan G30S/PKI.
Angkatan 66 merupakan istilah yang ditujukan untuk menyebut orang-orang yang mendobrak penyelewengan dalam tatanan negera, yang dianggap dapat menjadi dorongan pada kehancuran. Yang pada saat itu, bahkan sebelum hingga sesudahnya, terdapat banyak ledakan pemberontakkan dari para sastrawan dan cendikiawan.
Gerakan yang dilakukan oleh Angkatan 66 berhasil menggulingkan rezim pemerintah yang dianggap melakukan tindakan penyelewengan.
Periode angkatan 66 menjadi penanda perubahan kesusastraan Indonesia yang terlibat oleh tema, gaya, bentuk, karakteristik dan lainnya. Sastrawan yang tergabung dalam angkatan 66 tidak sedikit, mereka adalah orang-orang yang pernah bersiteru dengan Lekra.
Nah berikut ini ada beberapa tokoh pergerakan Angkatan 66 yang dianggap paling menonjol. Siapa saja mereka? Simak di bawah ini.
Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi pada 25 Juni 1937. Ia merupakan sastrawan yang paling mencolok dan terkenal di dalam Angkatan 66.
Dengan karya puisi-puisinya yang sesuai dengan gagasan lahirnya Angkatan 66, ia dikategorikan sebagai bagian dari Angkatan 66. Puisi-puisi karya Taufiq dikenal sebagai penanda eksistensi dan tonggak lahirnya Angkatan 66. semas
Ia adalah salah satu penyair terkenal dengan kumpulan karya sanjaknya yang terbit tahun 1966. Kumpulan sanjak Tirani dan Benteng berisi berbagai judul sanjak, diantaranya Seorang Tukang Rambutan dan Istrinya, Karangan Bunga, Sebuah Jaket Berlumur Darah, Kami adalah Pemilik Sah Republik ini, dan masih banyak judul lainnya.
2. Bur Rasuanto
Sastrawan kelahiran 6 April 1937 di Palembang ini juga dikenal sebagai pengarang, penyair dan wartawan. Terkenal sebagai penulis cerpen yang berkarakteristik, adalah hasil yang ia pelajari bersama H.B. Jassin.
Ia pernah bekerja sebagai kilang minyak yang berpengaruh besar terhadap karya-karyanya. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya persaingan, dendam, dan iri, karena gaji yang diberikan tidak sesuai.
Karya-karyanya berupa kumpulan cerpen Bumi yang Berpeluh, Mereka Akan Bangkit, roman Sang Ayah, Manusia Tanah Air, dan novel Tuyet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: