asn

Siapa Saja Sastrawan Dalam Angkatan 66, Berikut Profil dan Karyanya

Siapa Saja Sastrawan Dalam Angkatan 66, Berikut Profil dan Karyanya

Ketua MPR RI kal itu menerima Angkatan 66 -Foto : opac.perpusnas.go.id-

3. Goenawan Mohamad

Goenawan dikenal sebagai penyair, esais ternama, penulis naskah drama dan wartawan, juga dikenal sebagai pendiri dan editor majalah Tempo. Tulisannya kerap mengkritik pemerintahan Indonesia. Karena ia dikenal sebagai seorang pengkritik yang vokal, majalahnya secara berkala ditutup karena kritik-kritik yang dituliskannya.

Goenawan lahir di Batang pada 29 Juli 1941 yang masih aktif menulis sejak usianya 17 tahun hingga saat ini. Belakangan ini ia mulai terjun ke bidang seni dengan menggeluti dunia melukis.

Karya puisinya yang terkenal adalah Parikest, Fragmen dan Don Quixote. Ia juga menulis Catatan Pinggir 1, 2, dan 3 sejak 1970-an hingga saat ini. Dan berbagai kumpulan esai, seperti Kita, Revolusi Belum Selesai, dan lainnya.

4. Subagio Sastrawardoyo

Subagio Satrawardoyo lahir di Madiun. 1 Februari 1924 dan meninggal pada usia ke 72 di Jakarta pada 18 Juli 1995. Ia merupakan seorang penyair, pengarang, esais, dan kritikus sastra Indonesia.

Ia juga berprofesi sebagai seorang dosen di bebetrapa Universitas, diantaranya sebagai dosen bahasa Indoenesia di Adelaide University, di Fakultas Sastra UGM, Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung, kemudian ia mengajar di Salisbury Teacherrs College, Australia Selatan dan terakhir di Unievsitas Flinders, Australia Selatan.

Ia menulis berbagai kumpulan sanjak, seperti kumpulan sanjak Simphoni, Daerah Perbatasan, Kroncong Motenggo dan sanjak lainnya. Dan esainya berjudul Bakat Alam dan Intelektualisme, Manusia Terasing di Balik Simbolisme Sitorm, Sosok Pribadi dalam Sajak, Antologi Puisi Hari dan Hara. Kumpulan cerpen Kejantanan di Sumbing, dan Kenatian Makin Akrab berhasil meraih penghargaan majalah Kisah dan Horison.

5. Sapardi Djoko Damono

Seorang sastrawan kelahiran Solo pada 20 Maret 1940 ini merupakan penyair, esais, dosen sekaligus Guru Besar FSUI. Ia dikenal melalui puisi-puisinya yang sederhana namun penuh makna kehidupan, beberapa diantaranya populer di kalangan sastrawan hingga khalayak umum.

Ia tidak hanya menulis puisi, tetapi juga aktif menulis cerpen, ia juga penerjemah berbagai karya penulis asing, menulis berbagai esai, dan sejumlah kolom/artikel di surat kabar.

Beberapa puisinya sempat populer, seperti Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalalan ke Arah Barat di Waktu Pagi Hari. Puisi-puisi tersebur semakin populer setelah para mahasiswa FIB UI yang pernah ia ajar melakukan musikalisasi.Sastrawan Dalam Angkatan 66

Ia mereflesikan masa-masa Reformasi yang tengah terjadi banyak kerusuhan, penjarahan, pembakaran gedung-gedung dan supermarket, dengan korban hingga ratusan jiwa, melalui antologis Ayat-ayat Api, ia berhasil mengabadikan tragedi tersebut. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: