asn

Kisah Ibu dan Anak : Pendaki Wafat Terdampak Erupsi Gunung Marapi, Sempat Live Berbagi Kebahagiaan di Puncak

Kisah Ibu dan Anak : Pendaki Wafat Terdampak Erupsi Gunung Marapi, Sempat Live Berbagi Kebahagiaan di Puncak

BAGI MOMEN BAHAGIA : Ibu dan anak yang wafat saat erupsi Gunung Marapi. -tangkap layar-

”Kami berlindung di bebatun dekat cadas (lokasi camp pendakian). Sejumlah batu panas masih saja mengenai kami,” ujar Ikbal saat masih dirawat di RSUD Abdul Muhtar Bukittinggi. 

Senada dikatakan Benget Hasiholan Mare – Mare. Pendaki asal Universitas Riau ini bersama rombonganya termasuk dalam 52 korban selamat. Rombongannya berjumlah 10 orang. Selain teman – teman pecinta alam kampus, dia mengajak serta dua adiknya.

Saat peristiwa, rombonganya sudah dalam proses turun atau pulang. Mereka pulang lebih cepat, sesuai jadwal yang sudah disepakati. ”Kami summit attack mulai pukul 6 pagi dan sampai di puncak pukul 10.00 WIB. Tak lama kami turun dan sempat istirahat di tenda camp cadas. Pukul 14.00 atau sekitar satu jam sebelum letusan, kami putuskan turun,” ujar Hasiholan. 

Perjalanan pulang, dari satu rombongan 10 orang itu terpecah menjadi tiga kelompok kecil. Dia bersama dua adiknya berada di barisan paling depan. Sesaat sebelum kejadian, dua adiknya mendengar suara keras seperti petir dan deru suara helikopter. 

”Saya sadar itu bukan suara petir dan yakin itu suara erupsi gunung. Lalu saya ajak kedua adik untuk berlari secepatnya dan sekitar 1 menit lari tedengarlah ledakan besar, disertai hujan batu,” jelasnya. 

Saat lari menjauh dari puncak itu, mereka sempat teringat dengan dua kelompok lain yang ada di belakang dan hendak kembali untuk menolong. Namun, setelah dipastikan pertolongan akan dilakukan jikalau mereka harus menyelamatkan lebih dahulu.

BACA JUGA:Erupsi Gunung Marapi : Basarnas Evakuasi 11 Pendaki Meninggal, 12 Dalam Pencarian dan 52 Selamat

”Kami berlari ke arah Paninjauan dan menemukan sebuah warung dan berlindung di sana.  Namun tetap saja ada batu yang menimpa kami,” jelasnya. 

Setelah agak reda, mereka lantas berlari turun menjauhi puncak. Setelah tiba di posko pendakian BKSDA mereka bertemu ranger yang baru akan beranjak ke atas untuk melakukan pemetaan dan evakuasi. 

Proses Evakusi Resmi Dihentikan 

Proses evakuasi oleh Basrnas, TNI, Polri, BPBD, kelompok pecinta alam dan masyarakat resmi dihentikan. Menyusul telah ditemukannya  korban terakhir sesuai manifest pendaki di posko BKSDA. 

”Teritung hari ini, Rabu 6 Desember pukul 19.33 WIB, proses evakuasi dan pencrian korban paska erupsi gunung beapi Gunung Marapi kami hentikan,” kata Kapolda Sumbar Irjen Suharyono. 

Seluruh korban luka – luka sudah menjalani operasi atas luka fraktur dan melepuh. Mereka kini mulai pulang ke rumah masing – masing. Atas peristiwa ini, BKSDA Sumbar menutup secara resmi pendakian gunung berapi hingga waktu yang belum ditentukan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: