BANNER HEADER DISWAY HD

"Kami Belum Tentu": Lagu .Feast yang Mewakili Protes Sosial dan Ketidakpastian di Indonesia

--ISTIMEWA

RADARTVNEWS.COM - Lagu “Kami Belum Tentu” dari band .Feast yang dirilis pada 2018 menjadi salah satu karya yang begitu kuat dalam menggambarkan ketidakpastian, kekecewaan, dan keresahan yang dirasakan banyak orang, terutama anak muda, terhadap kondisi sosial dan politik di Indonesia. Dengan lirik-lirik tajam dan musik yang menggugah, lagu ini seolah menjadi suara perlawanan terhadap ketidakadilan yang masih merajalela di masyarakat.

Lirik seperti “Masih dipeluk setan, alergi peradaban, alergi kemajuan, mendorong kemunduran” menggambarkan kondisi negara yang terjebak dalam kemunduran, meskipun secara nominal negara telah merdeka dan berkembang. Lagu ini seakan memberi suara kepada mereka yang merasa ditinggalkan oleh para pemimpin dan sistem yang ada, suara mereka yang merasa bahwa perjuangan untuk kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat seolah sudah tidak lagi menjadi prioritas.

Hal ini sangat relevan dengan keadaan politik Indonesia belakangan ini, khususnya terkait dengan protes terhadap tunjangan anggota DPR yang terkesan tidak transparan dan lebih mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan kesejahteraan rakyat. Demonstrasi besar-besaran yang digelar di depan Gedung DPR pada bulan Agustus 2025 ini menggambarkan betapa frustrasinya masyarakat, terutama mahasiswa, dengan keadaan tersebut. Di tengah situasi ekonomi yang semakin sulit dan meningkatnya ketidakadilan sosial, banyak yang merasa bahwa anggota DPR malah menikmati tunjangan yang sangat besar tanpa ada kejelasan penggunaannya.

BACA JUGA:Demo Mako Brimob Kwitang Masih Panas, Massa Terdesak hingga Halte TransJakarta

Lagu “Kami Belum Tentu” kembali menjadi anthem bagi mereka yang turun ke jalan, karena liriknya yang berbicara tentang ketidakpastian masa depan. Dalam salah satu bagian lagu, “Pemimpin di esok hari, (adakah yang cukup mampu?), Mewakilkan suara kami, (jelas tak ada yang tahu!)”, tersirat sebuah keraguan terhadap kualitas pemimpin yang ada. Ini sangat terasa di tengah aksi protes terhadap DPR yang tidak lagi dianggap mewakili aspirasi rakyat, apalagi dengan temuan bahwa tunjangan mereka jauh lebih besar daripada yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Ini menjadi simbol ketidakadilan yang semakin membesar di Indonesia, di mana banyak orang merasa bahwa kemerdekaan yang diperjuangkan dulu oleh para pahlawan bangsa belum sepenuhnya dirasakan oleh rakyat kecil.

Lebih ironis lagi, protes ini terjadi tepat di bulan kemerdekaan, di mana masyarakat diingatkan akan perjuangan para pahlawan untuk membebaskan bangsa dari penjajahan. Namun, justru di bulan ini, banyak yang merasa bahwa kemerdekaan yang diperjuangkan sudah mulai tergerus oleh kepentingan pribadi dan politik yang lebih mementingkan elit daripada rakyat. Dalam konteks ini, lagu “Kami Belum Tentu” menjadi lebih dari sekadar karya musik, ia adalah sebuah refleksi, bahkan seruan untuk memperbaiki arah negara ini. Seperti dalam liriknya, “Alergi peradaban, mendorong kemunduran,” lagu ini mencerminkan kenyataan pahit bahwa meskipun kita sudah lama merdeka, kemajuan yang diharapkan belum bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.

Demo ini, yang menuntut transparansi dalam penggunaan anggaran DPR, juga menyerukan agar tunjangan yang mereka terima dikaji ulang. Masyarakat menuntut agar anggaran negara lebih digunakan untuk kepentingan rakyat, bukan untuk memperkaya elit politik. Aksi ini mengingatkan kita bahwa generasi muda Indonesia, yang selama ini menjadi pendengar setia lagu “Kami Belum Tentu”, tidak lagi hanya diam. Mereka ingin agar negara ini lebih adil dan lebih mendengarkan suara rakyat, bukan hanya mengutamakan kepentingan mereka yang berada di kursi kekuasaan.

Lagu ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi lebih kepada suara kolektif yang ingin melihat perubahan nyata. Dalam ketidakpastian masa depan yang dihadapi oleh banyak orang, terutama generasi muda, “Kami Belum Tentu” menggambarkan sebuah dorongan untuk melawan ketidakadilan, untuk berani bersuara dan berjuang demi kemerdekaan yang sejati, kemerdekaan yang tidak hanya dirasakan oleh segelintir orang, tetapi untuk seluruh rakyat Indonesia.

BACA JUGA:Aksi Massa Menggema, Publik Khawatir Sejarah Kelam 1998 Terulang

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: