Fenomena Kepribadian Ganda: Gangguan Jiwa yang Masih Sering Disalahpahami
ilustrasi-foto:Ist-
RADARTVNEWS.COM – Kepribadian ganda, yang secara medis dikenal sebagai Dissociative Identity Disorder (DID), kembali menjadi sorotan setelah kemunculan video viral yang menunjukkan seseorang dengan perubahan perilaku dan identitas yang drastis. Peristiwa tersebut memicu diskusi di ruang publik, baik di kalangan medis maupun masyarakat umum.
Gangguan ini ditandai dengan adanya dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda dalam satu individu. Setiap kepribadian dapat memiliki ingatan, perilaku, dan pola pikir yang unik. Pergantian antar identitas biasanya terjadi secara tiba-tiba dan dapat dipicu oleh stres, trauma, atau situasi tertentu.
Dalam dunia psikologi, DID dikategorikan sebagai salah satu bentuk gangguan disosiatif yang paling kompleks. Gangguan ini umumnya berakar pada trauma berat yang dialami di masa kecil, terutama kekerasan fisik atau emosional yang terjadi berulang. Sebagai mekanisme pertahanan, otak membentuk identitas terpisah untuk "melindungi" individu dari rasa sakit yang tidak dapat ditanggung.
Di Indonesia, gangguan ini belum banyak terdokumentasi secara sistematis. Meski demikian, beberapa rumah sakit jiwa dan layanan kesehatan mental melaporkan adanya peningkatan kasus gangguan disosiatif dalam beberapa tahun terakhir. Namun demikian, banyak kasus tidak terdiagnosis karena keterbatasan akses layanan psikologis serta stigma sosial yang masih kuat.
Masyarakat sering kali menyamakan gejala DID dengan kesurupan atau gangguan spiritual. Hal ini menyebabkan banyak penyintas tidak mendapat penanganan yang sesuai, bahkan mengalami diskriminasi atau penolakan dari lingkungan terdekat. Sementara itu, kemunculan konten-konten viral di media sosial sering kali memperkuat persepsi yang keliru dan memicu anggapan bahwa gangguan ini dibuat-buat atau sekadar bentuk perhatian.
BACA JUGA:Overthinking: Kebiasaan yang Terlihat Sepele, Tapi Bisa Berdampak Serius pada Kesehatan Mental
Padahal, penanganan DID memerlukan pendekatan profesional yang serius. Psikoterapi jangka panjang menjadi metode utama dalam membantu individu menyatukan identitas-identitas yang terpecah, meningkatkan kesadaran diri, dan mengelola stres. Dalam beberapa kasus, terapi tambahan seperti hipnoterapi dan konseling keluarga juga dapat mendukung proses pemulihan.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa pemahaman masyarakat terhadap kesehatan mental masih perlu ditingkatkan. Ketika kondisi medis diperlakukan sebagai hiburan atau bahan perdebatan, akses terhadap perawatan dan pemulihan menjadi semakin sulit bagi mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
