BANNER HEADER DISWAY HD

Satisficer vs Maximizer: Dua Gaya Pengambil Keputusan dan Dampaknya dalam Kehidupan

Satisficer vs Maximizer: Dua Gaya Pengambil Keputusan dan Dampaknya dalam Kehidupan

Ilustrasi Satisficer VS Maximizer-Foto : Pinterest-

RADARTVNEWS.COM - Setiap orang harus mengambil keputusan setiap hari, mulai dari keputusan kecil seperti memilih makanan hingga keputusan besar seperti karier atau pasangan hidup. Cara orang mengambil keputusan ternyata sangat dipengaruhi oleh dua gaya berpikir yang berbeda: satisficer dan maximizer. Kedua gaya ini pertama kali dipopulerkan oleh psikolog dan ekonom Herbert Simon dan diperluas oleh Barry Schwartz dalam bukunya The Paradox of Choice. Memahami perbedaan antara keduanya penting agar kita bisa mengambil keputusan dengan lebih efektif dan sehat secara emosional.

Satisficer adalah orang yang akan memilih opsi yang memenuhi standar minimum atau kriteria yang cukup. Mereka tidak perlu mencari yang terbaik, cukup yang baik dan cocok. Maximizer adalah orang yang berusaha mencari dan memilih opsi terbaik dari semua kemungkinan. Mereka ingin memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah yang paling optimal.

Perbandingan Antara Satisficer dan Maximizer

       Aspek Satisficer Maximizer

Tujuan keputusan Memenuhi standar yang cukup    Mendapatkan hasil terbaik

Proses pengambilan Cepat dan efisien    Lama, penuh perbandingan

Kepuasan setelah memilih Cenderung merasa puas    Sering tidak puas, cemas, atau menyesal

Stres dan beban mental Lebih rendah    Lebih tinggi

Kemungkinan menunda keputusan Rendah    Tinggi

Efisiensi waktu Tinggi    Rendah

Ketegasan dalam pilihan Konsisten dan mantap    Ragu-ragu dan mudah berubah

Dampak Psikologis

Satisficer cenderung lebih bahagia dan puas dengan hidup mereka. Mereka menerima kenyataan bahwa tidak semua keputusan harus sempurna. Maximizer, meski sering membuat keputusan yang secara objektif lebih baik, justru lebih sering merasa tidak puas, khawatir telah membuat pilihan yang salah, dan lebih rentan terhadap penyesalan (buyer’s remorse).

BACA JUGA:Mengenal Fenomena Satisficer: Ketika Cukup Sudah Memuaskan

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: