BANNER HEADER DISWAY HD

China Larang Warga Bepergian ke Jepang Imbas Pernyataan PM Takaichi Soal Taiwan

China Larang Warga Bepergian ke Jepang Imbas Pernyataan PM Takaichi Soal Taiwan

-Dok.Wikimedia-

RADARTVNEWS.COM – Kementerian Luar Negeri China mengimbau warganya menunda perjalanan ke Jepang. Imbauan ini terkait meningkatnya risiko kriminal terhadap warga China, menyusul pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengenai Taiwan. Kemlu China menekankan di Weibo bahwa komentar PM Takaichi mengganggu iklim pertukaran masyarakat dan menimbulkan ancaman bagi keselamatan warga China di Jepang.

Dalam unggahannya, Kemlu China menekankan bahwa Jepang tengah mengalami gejolak sosial sejak awal tahun, dengan bertambahnya insiden yang menargetkan warga China. Media China menyoroti langkah ini sebagai respons yang berpotensi memengaruhi persepsi publik di Jepang. Beberapa maskapai China bahkan membuka opsi pengembalian dana bagi penumpang yang telah membeli tiket ke Jepang.

Pemerintah Jepang merespons imbauan tersebut dengan meminta China menempuh langkah-langkah tepat terkait isu ini. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Minoru Kihara, menyatakan Tokyo telah menyampaikan pesan diplomatik kepada Beijing, sambil menekankan pentingnya menjaga komunikasi meski kedua negara memiliki perbedaan pandangan terkait Taiwan.

Ketegangan diplomatik antara China dan Jepang meningkat tajam setelah Beijing memperingatkan warganya agar menahan diri dari perjalanan ke Jepang. Imbauan ini dilihat sebagai tanggapan langsung atas komentar PM Jepang Sanae Takaichi soal kedaulatan Taiwan. Kementerian Luar Negeri China merilis aturan tersebut sejak Jumat lalu.

Mengutip CNN International, Senin (17/11), China menilai Jepang telah mengeluarkan “komentar provokatif yang terang-terangan baru-baru ini mengenai Taiwan”. Komentar itu dianggap merusak suasana pertukaran antar-masyarakat dan menimbulkan risiko tambahan bagi keselamatan warga China di Jepang.

“Maka itu, kami mengingatkan warga negara China untuk menahan diri mengunjungi Jepang untuk sementara waktu,” bunyi pernyataan resmi Kemlu China. Langkah ini dipandang sebagai respons paling tegas Beijing terhadap pernyataan PM Takaichi.

BACA JUGA:Eks Sekretaris MA Nurhadi Terjerat Dakwaan Pencucian Uang dan Gratifikasi Rp308 M

Sebelumnya, PM wanita pertama Jepang itu menanggapi pertanyaan di parlemen dengan mengatakan bahwa “serangan China terhadap Taiwan akan dianggap sebagai situasi yang mengancam kelangsungan hidup Jepang” dan oleh karena itu “Jepang dapat memicu respons militer dari Tokyo”.

Beijing memandang Taiwan sebagai wilayahnya dan menekankan bahwa isu tersebut merupakan “garis merah” dalam hubungan luar negeri. Meski Taipei memiliki pemerintahan sendiri, komentar tersebut dianggap China tidak dapat ditoleransi.

Imbauan perjalanan ini diprediksi memberi tekanan pada sektor pariwisata Jepang. Data NHK menunjukkan bahwa hampir 7,5 juta wisatawan dari China mengunjungi Jepang antara Januari hingga September tahun ini, jumlah tertinggi dibandingkan negara atau wilayah lain.

Sejumlah maskapai besar China, termasuk Air China, China Eastern, dan China Southern, merespons cepat dengan menawarkan pengembalian dana atau perubahan jadwal gratis bagi tiket tertentu menuju Jepang. Selain itu, Kementerian Pertahanan China mengeluarkan peringatan tegas bahwa Jepang akan “menderita kekalahan telak” jika berani melakukan intervensi militer di Selat Taiwan.

Insiden ini muncul kurang dari dua minggu setelah pertemuan antara Takaichi dan Xi Jinping, yang saat itu sepakat untuk membangun hubungan yang stabil dan konstruktif. Saat ini, kedua negara terlibat protes diplomatik, termasuk pemanggilan duta besar masing-masing.

BACA JUGA:Mantan PM Bangladesh Sheikh Hasina Dijatuhi Hukuman Mati atas Kasus Kejahatan Kemanusiaan

Situasi ini menandai eskalasi signifikan dalam hubungan China-Jepang, yang sebelumnya sempat berjalan dengan komunikasi yang relatif tenang. Para analis memperkirakan ketegangan ini dapat berdampak jangka panjang pada hubungan perdagangan dan sektor pariwisata kedua negara.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait