RADARTVNEWS.COM - Bencana banjir dan tanah longsor di Aceh kini memasuki fase kritis. Para korban yang harus bertahan di tenda-tenda pengungsian dilaporkan mulai banyak yang terserang penyakit, seperti flu, demam, batuk-batuk, hingga masalah kulit. Situasi ini diperburuk oleh minimnya bantuan tenaga medis dan pasokan obat-obatan dari luar daerah, sementara fasilitas kesehatan setempat banyak yang rusak.
Data Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh hingga Rabu (3/12) mencatat jumlah pengungsi mencapai angka fantastis, yaitu 688.775 orang. Konsentrasi pengungsi dalam jumlah besar di tempat terbatas memicu penyebaran penyakit dengan cepat, terutama di lokasi yang padat seperti Aceh Tamiang, Aceh Utara, dan Bener Meriah.
Kepala Pusat Data dan Informasi Posko Penanganan Bencana Kabupaten Bener Meriah, Ilham Abdi, membenarkan bahwa pengungsi di wilayahnya sudah mulai menunjukkan gejala sakit. Beliau menyampaikan bahwa penyakit yang paling umum dijumpai di setiap titik pengungsian adalah flu dan demam. Pihaknya sudah berupaya mengoptimalkan tenaga kesehatan yang tersedia untuk bertugas di lokasi yang masih dapat dijangkau.
Fasilitas Kesehatan Lumpuh dan Minim BBM
Situasi di lapangan semakin sulit karena layanan kesehatan primer dan rujukan tidak berfungsi maksimal. Sebanyak 204 unit fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit dan puskesmas, dilaporkan rusak parah akibat diterjang banjir dan longsor.
Bahkan, rumah sakit yang masih berdiri pun belum dapat beroperasi sepenuhnya karena menghadapi masalah kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk menghidupkan mesin genset. Ilham Abdi menjelaskan bahwa genset hanya bisa dihidupkan saat kondisi darurat atau untuk penanganan pasien yang sangat penting. Selebihnya, genset terpaksa dimatikan demi menghemat pasokan BBM yang sangat terbatas.
Salah seorang warga Peusangan Selatan, Kabupaten Bireuen, Anas, menyampaikan harapan agar selain logistik, bantuan obat-obatan dan petugas medis segera dikirimkan. Beliau mengatakan bahwa kondisi pengungsi, baik anak-anak maupun dewasa, mulai terserang gatal, flu, demam, dan batuk-batuk. Menurutnya, obat-obatan sangat sulit didapatkan pengungsi karena Puskesmas Pembantu (Pustu), Polindes, dan Puskesmas di wilayah itu juga terdampak banjir.
Kebutuhan Mendesak Logistik dan Medis
Anas menambahkan bahwa keluhan para pengungsi di hampir semua titik di daerah Peusangan adalah sama. Selain membutuhkan alas tidur yang layak, kebutuhan paling mendesak saat ini adalah air minum bersih, masker, dan obat-obatan. Stok logistik pangan, meskipun menipis, diperkirakan masih cukup untuk bertahan dua hari ke depan.
Daerah yang paling parah dan sangat membutuhkan tenaga medis dan obat-obatan tambahan antara lain Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Aceh Timur. Kondisi ini menunjukkan bahwa fase darurat kesehatan di Aceh memerlukan respons cepat dan bantuan sumber daya manusia serta suplai dari pihak luar untuk mencegah wabah penyakit yang lebih serius.