RADAR TV – Meningkatnya Ekskalasi Militer di Timur Tengah terutama sejak perang Iran dengan Israel berdampak luas bagi perekonomian. Ini karena kondisi tersebut diperkirakan membuat distribusi minyak terhambat sejumlah negara.
Dikutip dari media sosial X, dimana beredar video kapal kontainer MSC Aries yang disita Iran pada akhir pekan lalu menandai setidaknya kapal keenam yang dibajak Iran.
Diketahui, dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir, Iran membajak kapal St Nikolas tepatnya pada tanggal 1 Januari 2024.
Dari keterangan Komando Pusat Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), total kapal yang ditahan menjadi lima, dan lebih 90 awak kapal disandera.
Hal ini tentunya membuat kondisi pelayaran dan energi Bersiap-siap menghadapi ketidakpastian jangka panjang.
"Iran berada dalam situasi ini untuk jangka panjang," kata Samir Madani, salah satu pendiri Tankertrackers.com yakni sebuah layanan online independen yang melacak dan melaporkan pengiriman minyak mentah.
Pembajakan MSC Aries karena diidentifikasi oleh Iran memiliki hubungan dengan Israel. Kapal kontainer milik milyarder tersebut memiliki daya angkut 15.000 TEUs.
MSC menyewa kapal tersebut, tetapi kapal tersebut dimiliki oleh Zodiac Maritime milik miliarder Israel Eyal Ofer.
Di sisi lain, AS mempertimbangkan sanksi lebih lanjut terhadap Iran sebagai tanggapan atas serangan baru-baru ini terhadap Israel. Sementara, Iran telah menggunakan kapal-kapal yang dibajak sebagai sarana pembalasan sanksi.
"Iran telah menyita minyak Kuwait yang ada di kapal Advantage Sweet dan dimuat ke supertanker VLCC mereka, Navarz. Iran memilih melakukan ini sebagai cara untuk mengkompensasi sanksi," kata Madani.
Sementara Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada hari Selasa kemarin mengatakan bahwa pemerintah mungkin berbuat lebih banyak untuk mencegah kemampuan Iran mengekspor minyak meskipun ada sanksi AS. Pembelian minyak Iran oleh Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir telah memungkinkan Iran menjaga neraca perdagangan positif.
Menurut Badan Informasi Energi AS, China, importir minyak mentah terbesar di dunia, mengimpor 11,3 juta barel per hari minyak mentah pada tahun 2023, 10% lebih banyak dibandingkan tahun 2022. Iran menempati peringkat kedua dalam ekspor minyak ke China setelah Rusia.
Data bea cukai menunjukkan bahwa China mengimpor minyak mentah 54% lebih banyak (1,1 juta barel per hari) dari Malaysia pada tahun 2023 dibandingkan pada tahun 2022.
Analis industri berspekulasi bahwa sebagian besar minyak yang dikirim dari Iran ke China diberi label ulang sebagai berasal dari negara-negara seperti Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Oman untuk menghindari sanksi AS.
“Saat ini pasar terus menilai risiko peningkatan lebih lanjut dari ketegangan militer antara Israel dan Iran yang dapat menyebabkan gangguan di Selat Hormuz, yang menjadi jalur lalu lintas sekitar 30% minyak dunia melalui laut,” Ujar JPMorgan.