BANNER HEADER DISWAY HD

Toxic Positivity: Bahaya Selalu Berpura-pura Good Vibes Only

Toxic Positivity: Bahaya Selalu Berpura-pura Good Vibes Only

ilustrasi-FOTO : Pinterest-

RADARTVNEWS.COM - Di media sosial dan dalam percakapan sehari-hari, istilah "good vibes only" sering menjadi mantra. Kata-kata ini pada dasarnya meminta kita untuk tetap optimis dan tetap bahagia. Namun, toxic positivity adalah fenomena yang tersembunyi di balik semangat itu.

Apa sih Toxic Positivity Itu?

Secara sederhana, toxic positivity adalah sikap yang memaksa diri sendiri atau orang lain untuk selalu tampak positif, bahagia, atau optimis tanpa memungkinkan perasaan negatif seperti stres, sedih, atau kecewa. Tekanan seperti ini membuat banyak orang merasa perlu menutupi dan mengabaikan perasaan mereka yang sebenarnya, alih-alih membantu. 

Jika digunakan secara berlebihan, kata-kata "good vibes only" dapat membungkam suara hati yang sebenarnya perlu didengar.

Dampak yang Sering Terabaikan

Toxic positivity dapat menyebabkan sejumlah masalah yang serius bagi kesehatan mental di balik niat yang ingin memotivasi:

• Menumpuknya Emosi Negatif: Jika kita terus menekan perasaan sedih atau marah kita, emosi tersebut tidak akan hilang, malah akan menumpuk hingga menjadi stres, kecemasan, atau bahkan depresi. 

• Munculnya Rasa Bersalah dan Kesepian: Orang yang merasa terpaksa tampil bahagia kadang-kadang justru merasa bersalah karena memiliki perasaan negatif yang dianggap "salah", yang dapat membuat mereka menarik diri dan merasa sendiri. 

• Hubungan yang Kurang Otentik: Komunikasi menjadi dangkal karena harus selalu positif. Dukungan asli sulit terbentuk karena orang mulai menutupi masalahnya sendiri agar tidak dianggap negatif. 

• Menghambat Proses Pemulihan: Penyembuhan mental memerlukan pengakuan semua emosi, bukan hanya yang positif. Toxic positivity malah memperlambat proses ini.

Contoh Toxic Positivity yang Sering Kita Temui

• Saat teman menghadapi masalah, kita hanya berkata, "Ayo semangat, jangan sedih terus!" tanpa benar-benar mendengarkan keluhannya.

• Dengan mengatakan, "Lihat sisi baiknya saja, semua orang juga pernah susah," masalah dapat diabaikan. 

•Komentar seperti, "Jangan posting yang sedih-sedih, hidup harus happy terus!" di media sosial akhirnya membuat banyak orang tidak nyaman untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait