OPINI : Nyanyian yang Menakutkan

OPINI : Nyanyian yang  Menakutkan

JOKO INTARTO-jto-

Oleh Joko Intarto *)

------

Dalam demokrasi ada empat kekuatan yang sangat menentukan: Partai politik, oposisi, rakyat dan media massa. Pak Harto begitu piawai menggerakkan birokrasi dan militer untuk mengendalikan semua kekuatan tersebut sehingga Orde Baru (Golkar) bisa berkuasa selama 32 tahun. 

------

DALAM sejarah demokrasi di dunia, tidak banyak tokoh yang bisa berkuasa begitu lama. Banyak pemimpin negara yang hebat. Tapi hanya mampu memerintah satu periode. Bahkan sebagian di antaranya tumbang sebelum akhir masa jabatannya. 

Untuk mempertahankan kekuasan, Pak Harto bisa disebut sebagai tokoh hebat karena bisa bertahan 32 tahun. Reputasi Pak Harto hanya bisa disaingi Dr Mahathir Mohammad (Perdana Menteri Malaysia), Hosni Mubarak (Presiden Mesir) dan Recep Tayyib Erdogan (presiden Turkiye). 

Apa rahasia Pak Harto sampai bisa berkuasa begitu lama? Dari pengalaman yang saya rasakan, Pak Harto menjalankan dua strategi besar mempertahankan kekuasaan Orde Baru: Takuti dan batasi. Dalam artikel kali ini saya akan membahas poin pertama: Menciptakan rasa takut di kalangan rakyat.

Pada era kepemimpinan Bung Karno (1945 – 1966), pemerintah menganut prinsip kebebasan berserikat dan berkumpul dengan membolehkan semua warga negara mendirikan partai politik. Semua aliran politik boleh hidup: Dari yang berhaluan ekstrim kanan (agama), berhaluan tengah (pluralis-sosialis) hingga berhaluan kiri (komunis). 

Menurut catatan dari berbagai literatur, Pemilu 1955 diikuti oleh lebih dari 30 partai politik dan lebih dari seratus daftar kumpulan dan calon perseorangan. Mereka semua mewakili beragam latar belakang politik, ideologi, sampai organisasi masyarakat yang berbasis kedaerahan, etnis, serta ras.

Hasilnya pemilu 1955: Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang didirikan Bung Karno menjadi pemenang dengan perolehan 8.434.653 suara, disusul Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang memperoleh 7.903.886 suara, partai Nahdlatul Ulama (NU) dengan raihan 6.955.141 dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang mengumpulkan 6.179.914 suara.

Hasil pemilu ini menggambarkan peta kekuatan politik dan aspirasi politik rakyat. Pola itu masih menjadi referensi dalam kancah perpolitikan nasional sampai hari ini.

Pak Harto memperoleh mandat menjadi presiden setelah berhasil menumpas gerakan kudeta oleh PKI atas kepemimpinan Bung Karno yang dikenal dengan sebutan G-30-S PKI. Gerakan kudeta berdarah itu memang terjadi 30 September 1965. 

Tujuh jenderal yang menjadi kekuatan pemerintahan Bung Karno diculik dan dibunuh. Jenazahnya dikubur di sebuah sumur di kawasan Lubang Buaya. Bekas sumur yang berdekatan dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) itulah dibangun monumen peringatan yang dinamakan ‘’Tugu Kesaktian Pancasila’’.

Peristiwa G-30-S merupakan aksi pengkhianatan kedua yang dilakukan PKI. Pada 1948 atau tiga tahun setelah Indonesia merdeka, PKI membunuh banyak tokoh di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang setia pada Republik dan Bung Karno dengan tujuan menguasai wilayah territorial untuk mempersiapkan berdirinya sebuah negara baru: Republik Soviet Indonesia, yang berhaluan komunis. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: