BANNER HEADER DISWAY HD

Fenomena 'Anxious' Meningkat di Kalangan Anak Muda, Pakar Peringatkan Dampak Jangka Panjang

Fenomena 'Anxious' Meningkat di Kalangan Anak Muda, Pakar Peringatkan Dampak Jangka Panjang

--istimewa

RADARTVNEWS.COM - Fenomena meningkatnya rasa cemas atau yang kini populer disebut sebagai “anxious” semakin banyak disorot oleh para pakar kesehatan mental di berbagai negara, termasuk Indonesia. Istilah yang sering muncul di media sosial ini menggambarkan kondisi emosional ketika seseorang merasakan kegelisahan berlebihan, sulit fokus, dan takut terhadap hal-hal yang belum terjadi. Meningkatnya tekanan sosial, tuntutan akademik maupun pekerjaan, serta paparan informasi tanpa henti disebut sebagai beberapa faktor yang mendorong melonjaknya jumlah anak muda yang mengaku sering mengalami anxious.

Dalam laporan terbaru sejumlah lembaga psikologi, keluhan kecemasan meningkat terutama pada kelompok usia 15–30 tahun. Para peneliti menemukan bahwa kebiasaan membandingkan diri dengan standar kesuksesan di media sosial merupakan salah satu pemicu terbesar. Banyak anak muda merasa tertinggal dari teman sebayanya, terutama dalam hal pencapaian karier, pendidikan, maupun kehidupan pribadi. Kondisi ini kemudian berkembang menjadi kecemasan kronis yang memengaruhi pola tidur, produktivitas, hingga hubungan sosial.

Para psikolog menjelaskan bahwa anxious bukan sekadar perasaan gugup biasa, tetapi dapat menjadi tanda awal gangguan kecemasan yang lebih serius apabila tidak ditangani. Masyarakat sering menyederhanakan istilah ini sebagai perasaan tidak nyaman sesaat, padahal bagi sebagian orang rasa cemas dapat muncul tanpa pemicu jelas dan berlangsung sepanjang hari. Kondisi tersebut membuat penderitanya mudah lelah, sulit berkonsentrasi, serta memiliki reaksi emosional yang tidak stabil. Dalam jangka panjang, anxious yang tidak ditangani dapat menurunkan kualitas hidup bahkan berdampak pada kesehatan fisik.

BACA JUGA:Jangan Remehkan Anxiety! Ketahui Dampaknya Sebelum Terlambat

BACA JUGA:Mengenal OCD, Gangguan Mental yang Bisa Mengganggu Aktivitas Sehari-Hari

Sejumlah praktisi kesehatan mental menilai bahwa lonjakan kasus anxious juga berkaitan erat dengan perubahan gaya hidup modern. Ritme hidup serba cepat, kurangnya waktu istirahat, dan terbatasnya ruang untuk bercerita membuat banyak orang menumpuk tekanan emosional. Di sisi lain, stigma mengenai kesehatan mental membuat sebagian masyarakat enggan mencari bantuan profesional meski gejala yang dialami mulai mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pemerintah dan berbagai komunitas kini mulai bergerak untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan mental. Kampanye edukasi digencarkan melalui sekolah, kampus, dan platform digital agar masyarakat memahami tanda-tanda kecemasan dan cara menanganinya secara tepat. Para pakar menyarankan agar siapa pun yang mengalami anxious berkepanjangan segera berkonsultasi kepada tenaga profesional untuk mendapatkan penanganan yang sesuai. Mereka menekankan bahwa kecemasan dapat dikelola dan dipulihkan jika ditangani sejak dini dengan dukungan keluarga, lingkungan, serta layanan kesehatan yang memadai.

Peningkatan kasus anxious disebut sebagai pengingat bahwa kesehatan mental harus menjadi prioritas yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Para ahli berharap masyarakat tidak lagi menganggap rasa cemas sebagai kelemahan, tetapi sebagai kondisi yang perlu dipahami dan ditangani dengan serius. Dengan dukungan publik yang lebih kuat, diharapkan angka kecemasan di kalangan anak muda dapat menurun dalam beberapa tahun ke depan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: