BANNER HEADER DISWAY HD

Suka Mengelupaskan Kulit Bibir, Waspadai Gangguan Psikologis di Baliknya

Suka Mengelupaskan Kulit Bibir, Waspadai Gangguan Psikologis di Baliknya

--istimewa

RADARTVNEWS.COM - Kebiasaan mengelopekan bibir, atau mengelupas kulit bibir secara berulang, sering dianggap hal sepele. Banyak orang melakukannya tanpa sadar, terutama saat merasa gugup, cemas, atau bosan. Namun, di balik kebiasaan ini ternyata tersimpan potensi gangguan psikologis yang perlu diwaspadai.

kebiasaan mengelupas bibir tidak bisa dijadikan tanda pasti apakah seseorang memiliki masalah kesehatan mental atau tidak. Itu termasuk kedalam suatu kebiasaan, namun dapat dikatakan sebagai gangguan jika hal itu sampai memengaruhi produktivitas atau kualitas hidup seseorang.

Artinya, kebiasaan itu membuat seseorang sulit beraktivitas, bersosialisasi, bekerja, bergaul dengan orang lain atau orang sekitar. Tanda lain suatu kebiasaan sudah berkembang menjadi gangguan kesehatan mental adalah muncul rasa tidak puas atau kurang jika tidak melakukan kebiasaan tersebut.

BACA JUGA:Jeruk Bali, Buah Segar Berukuran Besar yang Penuh Manfaat

BACA JUGA:Kapan Supermoon Kembali Bisa Disaksikan? Catat, Ini Tanggal dan Waktunya!

Secara khusus, kebiasaan mengelupas bibir yang parah dapat menjadi bentuk OCD yang disebut ekskoriasi atau dermatilomania, yang mungkin memerlukan intervensi medis. Jika kamu memiliki kebiasaan mengelupas bibir yang sulit dihentikan, ada baiknya pertimbangkan untuk berbicara dengan profesional kesehatan mental untuk mengetahui akar penyebab masalah ini dan menemukan metode penanganan yang efektif.

Berulang kali menyentuh dan mengelupas bibir kerap terjadi sebagai respons terhadap pikiran berulang tentang atau dorongan untuk menyentuh anggota tubuh. Dengan cara ini, kebiasaan mengelupas bibir mirip dengan gejala OCD, yang ditandai dengan dorongan untuk melakukan perilaku berulang sebagai respons terhadap jenis pikiran, gambaran, dan impuls berulang lainnya. 

Meskipun tampak sepele, tapi kebiasaan mengelupas bibir bisa mengakibatkan berbagai komplikasi fisik, seperti: pendarahan, peradangan nyeri kemerahan, infeksi luka, meningkatnya risiko infeksi sekunder. Lebih lanjut, luka pada bibir dapat membuat aktivitas sehari-hari, seperti makan dan minum menjadi sulit. Sentuhan relasional seperti berpelukan atau berciuman juga mungkin sulit, atau bahkan tidak mungkin.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: