BANNER HEADER DISWAY HD

Peringatan 1.000 Hari Kanjuruhan, Keluarga Korban Terus Suarakan Keadilan

Peringatan 1.000 Hari Kanjuruhan, Keluarga Korban Terus Suarakan Keadilan

--

RADARTVNEWS.COM – Pada Jumat malam, 27 Juni 2025, bertepatan dengan 1.000 hari sejak terjadinya Tragedi Kanjuruhan yang merenggut 135 nyawa dan melukai ratusan orang, keluarga korban bersama aktivis dan komunitas pecinta sepak bola mengadakan doa bersama serta tahlilan sebagai bentuk penghormatan dan seruan keadilan. 

Kegiatan ini berlangsung di area dekat Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri), Jakarta, dengan menyalakan 135 lilin sebagai simbol jumlah korban yang meninggal dunia dalam peristiwa tragis tersebut.

Semula, aksi ini direncanakan berlangsung tepat di depan gerbang Mabes Polri, namun karena tidak mendapatkan izin, lokasi acara dipindahkan ke area terdekat. 

Vebrina Monicha, perwakilan dari komunitas Justice for Tragedy 135 (JFT135) selaku penyelenggara, menyampaikan bahwa para keluarga korban terus mendesak agar Komnas HAM diberi kewenangan penuh untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan secara pro justitia. 

Mereka menolak keterlibatan kepolisian dalam proses tersebut, mengingat aparat dianggap bertanggung jawab atas penembakan gas air mata yang memicu tragedi.

Dalam suasana haru, Bambang Lesmono, ayah dari Putri Lestari yang meninggal dalam tragedi saat berusia 21 tahun, hadir dan menyampaikan keresahannya. Ia mengungkapkan bahwa kedatangannya ke Jakarta adalah untuk mencari keadilan yang sejati karena di Malang, keadilan bagi korban belum terpenuhi. 

Selain doa bersama, peserta juga membacakan esai yang memuat nama-nama korban dan melakukan tabur bunga di sekitar lilin yang masih menyala sebagai penghormatan.

Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022, merupakan salah satu bencana terburuk dalam sejarah sepak bola dunia, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan korban jiwa terbanyak kedua setelah insiden di Accra, Ghana pada 2001. 

Kerusuhan bermula saat polisi menembakkan gas air mata ke dalam stadion, memicu kepanikan dan himpitan penonton yang berusaha keluar, sehingga menyebabkan ratusan meninggal dan luka-luka.

Hingga kini, proses hukum terkait tragedi ini masih berjalan, namun keluarga korban dan publik menilai penanganannya belum memuaskan. 

Pelaku intelektual dan pihak-pihak yang bertanggung jawab belum tersentuh secara hukum, sehingga tuntutan keadilan terus digaungkan dalam berbagai kesempatan peringatan.

Peringatan 1.000 hari ini menjadi momentum refleksi sekaligus pengingat bahwa luka dan duka keluarga korban belum sepenuhnya terobati. Mereka berharap agar proses hukum berjalan transparan dan adil, serta tragedi serupa tidak terulang di masa depan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait