RADARTVNEWS.COM - Rasa sakit akibat diabaikan seseorang ternyata bukan sekadar perasaan. Penelitian terbaru yang dirangkum oleh American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa ketika seseorang mengalami penolakan sosial, termasuk silent treatment, diperlakukan dingin, atau diabaikan, otak manusia memunculkan reaksi yang mirip dengan rasa sakit fisik.
BACA JUGA:Tahukah Kamu? Mengunyah Lebih Lama Ternyata Bisa Bikin Makanan Terasa Lebih Manis
Dalam penelitian tersebut, ilmuwan menemukan bahwa anterior cingulate cortex (ACC), yaitu bagian otak yang berperan memproses rasa sakit fisik, menunjukkan aktivitas tinggi saat seseorang menghadapi penolakan sosial.
Hal ini menegaskan bahwa tubuh memproses rasa sakit emosional dengan mekanisme biologis yang sama seperti saat kita terluka secara fisik.
Psikolog menjelaskan bahwa respons ini berkaitan dengan pola evolusi manusia. Sejak masa awal peradaban, kemampuan untuk menjalin hubungan sosial berperan besar dalam kelangsungan hidup.
Mereka yang terhubung dengan kelompok memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dari ancaman, mendapat perlindungan, makanan, dan dukungan emosional.
Karena itu, ketika seseorang yang penting bagi kita tiba-tiba menarik diri atau mengabaikan kita, otak menafsirkan situasi tersebut sebagai bentuk ancaman terhadap keamanan emosional.
Ancaman ini langsung memicu sistem respons stres, termasuk peningkatan hormon cortisol yang dapat memengaruhi suasana hati dan kesehatan fisik.
Rasa sakit akibat penolakan sosial bukanlah hal yang bersifat psikologis semata. APA menyebutkan bahwa efeknya dapat terukur secara biologis dan berdampak pada berbagai aspek kesehatan, seperti:
1. penurunan motivasi dan suasana hati
2. meningkatnya kecemasan dan keraguan diri
3. gangguan tidur atau perubahan nafsu makan
4. meningkatnya sensitivitas terhadap penolakan berikutnya
5. pelemahan sistem imun bila terjadi berkepanjangan
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami penolakan berulang dapat menjadi lebih peka dan defensif terhadap interaksi sosial berikutnya. Akibatnya, mereka lebih mudah merasa tersisih meskipun pemicunya kecil.