RADARTVNEWS.COM - Di sebuah pelosok Kabupaten Malang, tepatnya di Dusun Pondok Kobong, Desa Sumberpetung, Kecamatan Kalipare, terdapat kisah pengabdian seorang guru sekolah dasar yang terus bertahan di tengah segala keterbatasan fasilitas pendidikan. Sosok tersebut adalah Dedi Hermawan, 44 tahun, pengajar di SD VI Sumberpetung yang sehari-hari mendidik siswa dengan kondisi sekolah serba minim.
Sekolah tempat Dedi mengajar hanya memiliki empat ruang kelas, sehingga beberapa level kelas terpaksa digabung dalam satu ruangan. Kelas IV dan kelas V menjadi salah satu contoh penggabungan tersebut. Kedua kelas itu dipisahkan hanya dengan sekat triplek sederhana, menciptakan suasana belajar yang jauh dari ideal.
Keunikan lain muncul dari jumlah siswa di masing-masing kelas. Kelas V hanya memiliki satu orang siswa, yaitu Ilham Mahendra, sedangkan kelas IV berisi sepuluh siswa. Kondisi ini membuat bagian ruang kelas V tampak sangat lengang, menyerupai ruang belajar privat yang tidak lazim ditemukan di sekolah negeri.
Dalam situasi tersebut, pola mengajar Dedi harus disesuaikan. Ia menerapkan metode bergantian, di mana ia mengajar satu kelas selama satu jam, sementara kelas lainnya diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dikerjakan secara mandiri.
Ketika fokus mengajar kelas IV, satu-satunya siswa kelas V belajar sendiri, demikian pula sebaliknya. Pola ini diterapkan setiap hari karena keterbatasan tenaga pendidik dan fasilitas.
Mengajar hanya satu siswa menjadi tantangan tersendiri. Minimnya interaksi membuat proses belajar membutuhkan pendekatan yang lebih personal, sabar, dan intensif. Dedi menyadari bahwa kondisi tersebut tidak ideal, tetapi ia tetap berupaya memberikan layanan pendidikan terbaik sesuai kemampuan sekolah.
Dedikasi ini tidak lepas dari latar belakangnya sebagai lulusan Universitas PGRI Kanjuruhan Malang, yang membentuk kesadarannya sebagai pendidik untuk mengabdi di mana pun dibutuhkan.
Situasi seperti yang dialami SD VI Sumberpetung mencerminkan tantangan pendidikan di daerah pelosok, termasuk minimnya murid, kurangnya tenaga pengajar, dan infrastruktur terbatas. Namun, keberadaan guru seperti Dedi Hermawan menunjukkan bahwa semangat pengabdian tetap hidup, bahkan di tengah kondisi paling sederhana.
Jika Anda membutuhkan versi feature yang lebih menyentuh, naskah untuk media arus utama, atau versi naratif human interest, saya bisa membuatkannya.
BACA JUGA:Pendaftaran Magang Nasional Kemnaker Batch III Resmi Dibuka Hari Ini