RADARTVNEWS.COM - Pemerintah Indonesia melalui Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, mengonfirmasi bahwa pihaknya tengah mendiskusikan rencana penggabungan usaha antara Grab dan GoTo guna memperkuat ekosistem digital nasional.
Menurut Presiden Juru Bicara, langkah ini bukan hanya sekadar merger biasa, melainkan bagian dari strategi nasional untuk menciptakan lapangan kerja dan menjaga stabilitas ekonomi digital. Pemerintah memperkirakan bahwa ketika merger terjadi, entitas baru akan menguasai lebih dari 91% pangsa pasar layanan ride-hailing dan pengantaran makanan di Indonesia.
Menanggapi kabar tersebut, BPI Danantara, investor strategis yang disebut akan terlibat dalam proses menyatakan bahwa mereka akan mengikuti arahan pemerintah dan tetap mengutamakan aspek bisnis ke bisnis (B2B) dalam penggabungan ini. “Kita serahkan ke perusahaan, tapi unsur B2B-nya yang penting,” kata CIO Pandu Sjahrir di Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Sementara itu, GoTo melalui Direktur Legal dan Corporate Secretary R. A., Koesoemohadiani, menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada keputusan atau kesepakatan terkait merger dengan Grab. Ia menegaskan bahwa agenda RUPSLB perseroan yang akan datang “tidak berkaitan dengan aksi korporasi apa pun”.
Dari sisi Grab, perusahaan berbasis di Singapura ini belum memberi tanggapan publik langsung terhadap rumor merger dengan GoTo. Sebelumnya, menurut laporan, Grab sempat menjajaki akuisisi GoTo senilai sekitar US$ 7 miliar, namun belum mencapai kesepakatan final.
BACA JUGA:Prabowo Sambut Presiden Brasil Lula di Istana Merdeka, Bahas Penguatan Kerja Sama Strategis
BACA JUGA:Kemenpar Buka Kesempatan Magang Batch I Tahun 2026, Ini Jadwal dan Cara Daftarnya
Analis menyebut bahwa merger potensial ini dapat membawa dampak signifikan: efisiensi biaya, sinergi layanan super app, serta penguatan posisi tawar terhadap mitra pengemudi dan UMKM. Namun, sisi pengaturan persaingan juga menjadi tantangan utama mengingat penguasaan pasar yang akan sangat besar.
Pemerintah menyebut bahwa persetujuan merger akan mempertimbangkan aspek persaingan sehat dan kepentingan mitra pengemudi serta pelaku UMKM. Prasetyo menegaskan bahwa “tujuan utamanya adalah agar ekosistem berjalan optimal, bukan monopoli.”
Dalam pernyataannya, GoTo menegaskan komitmen untuk terus memprioritaskan penciptaan nilai jangka panjang bagi pemegang saham sekaligus menjaga kepentingan mitra pengemudi, mitra UMKM, dan pelanggan. Keputusan final, jika ada, akan diumumkan melalui mekanisme yang sah sesuai regulasi bursa.
Ke depan, publik dan pemangku kepentingan akan mengamati bagaimana proses merger ini berkembang—apakah akan berbentuk merger penuh, akuisisi, atau kolaborasi strategis lainnya. Bila disetujui, merger ini diyakini akan mengubah lanskap industri ride-hailing dan layanan antar di Indonesia secara fundamental.