RADARTVNEWS.COM – Batuk berkepanjangan sering dianggap masalah biasa, padahal pada perokok, kondisi ini bisa menjadi tanda serius yang tidak boleh diabaikan. Batuk perokok muncul akibat kerusakan saluran pernapasan karena paparan zat beracun dalam asap rokok.
Di Indonesia, jumlah perokok masih sangat tinggi. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan ada lebih dari 69 juta orang dewasa yang merokok pada 2021, jumlah yang meningkat dibanding satu dekade sebelumnya. Di Lampung sendiri, 28,01 persen penduduk masih tercatat sebagai perokok pada 2024 menurut BPS. Angka ini memperlihatkan besarnya populasi yang berisiko mengalami batuk kronis.
Mengapa Bisa Terjadi?
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia, setidaknya 70 di antaranya pemicu kanker. Zat-zat ini merusak silia—rambut halus di saluran napas yang berfungsi menyaring racun. Akibatnya, paru-paru lebih mudah terpapar polutan. Studi bahkan menemukan, formaldehida dalam rokok bisa memperlambat pergerakan silia sekaligus memperpendek ukurannya.BACA JUGA:Gerbong Khusus Perokok di Kereta, Usulan yang Bikin Resah Publik
Gejala yang Harus Diwaspadai Batuk perokok umumnya:
- Bertahan lebih dari dua hingga tiga minggu.
- Lebih parah saat bangun tidur.
- Disertai dahak, suara mengi, atau berderak di dada.
- Bisa berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, bahkan setelah berhenti merokok.
Namun, batuk pada perokok tidak selalu aman. Batuk darah, suara serak berkepanjangan, sesak napas, nyeri dada, atau penurunan berat badan tanpa sebab bisa menjadi tanda kanker paru. Menurut studi, hemoptisis (batuk darah) merupakan prediktor paling kuat dari kanker paru, meski tidak selalu muncul pada semua pasien.
Tidak Hanya Perokok Aktif
Dampak batuk akibat asap rokok juga dirasakan oleh orang di sekitar. Penelitian yang dimuat di PubMed menyebutkan, anak-anak yang tinggal bersama perokok lebih berisiko mengalami batuk berulang dan infeksi pernapasan atas. Ini berarti rokok bukan hanya membahayakan penghisapnya, tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitarnya.BACA JUGA:Seruan Viral di TikTok: Stop Normalisasi Merokok di Dekat Non-Perokok!
Bisakah Sembuh?
Berhenti merokok adalah langkah utama untuk meredakan batuk. Meski begitu, pada fase awal, batuk justru bisa bertambah karena tubuh sedang membersihkan tumpukan racun di saluran pernapasan. Studi di Denmark (Inter99) menunjukkan, berhenti atau mengurangi rokok secara signifikan dapat menurunkan gejala batuk kronis dan dahak dalam setahun.
Selain berhenti merokok, beberapa cara dapat membantu meringankan gejala, seperti memperbanyak minum air putih, berkumur dengan air garam hangat, menghirup uap hangat, hingga rutin berolahraga.
Komplikasi dan Risiko Jangka Panjang
Batuk perokok yang dibiarkan bisa berujung pada gangguan serius: bronkitis kronis, PPOK, emfisema, pneumonia, hingga kanker paru. Selain itu, batuk kronis juga bisa memicu inkontinensia urine akibat tekanan batuk berulang, gangguan tidur, dan kelelahan. Dari sisi sosial, penderita kerap merasa terganggu dengan bau, dahak, hingga stigma di lingkungan.
Pentingnya Deteksi Dini
Bagi perokok berusia 50 tahun ke atas dengan riwayat merokok 20 bungkus per tahun atau lebih, dokter menyarankan pemeriksaan CT scan dosis rendah setiap tahun. Ini merupakan cara terbaik mendeteksi kanker paru pada tahap awal, saat masih bisa ditangani dengan lebih efektif.BACA JUGA:Benarkah Asap Rokok Lebih Berbahaya bagi Perokok Pasif? Ini Penjelasannya