RADARTVNEWS.COM - Gen Z kini semakin tertarik pada fenomena akun kedua atau kedua di Instagram. Ini berbeda dengan akun utama, yang biasanya dirancang dengan rapi untuk menarik perhatian publik, akun kedua memberikan Gen Z lebih banyak kebebasan untuk berekspresi secara jujur dan tanpa beban.
Karena akun kedua biasanya diikuti oleh lingkaran pertemanan yang lebih dekat, pengguna memiliki kebebasan untuk membagikan hal-hal yang pribadi, pengalaman sehari-hari, atau perasaan mendalam yang sulit mereka ungkapkan di akun utama. Akun ini berfungsi sebagai media terapi atau tempat aman bagi pengguna untuk berbicara tanpa takut dihakimi dengan konten yang lebih spontan dan tidak terorganisir.
Namun, menggunakan akun kedua menunjukkan bahwa ada masalah psikologis yang perlu ditangani di balik kebebasan berbicara. Studi dan observasi menunjukkan bahwa fenomena ini mencerminkan tekanan dan masalah internal yang dialami Gen Z, seperti kesulitan untuk mempertahankan penampilan yang ideal di akun utama mereka dan kebutuhan untuk menyampaikan emosi yang sering kali terlupakan di tempat umum.
Menurut psikolog, akun kedua menjadi cara bagi Gen Z untuk menampilkan sisi diri yang asli, berbeda dengan ideal self yang mereka tampilkan di akun utama. Namun, ketidakseimbangan antara dua identitas ini, yang terkadang sangat berbeda, bisa menyebabkan konflik internal dan tekanan emosional. Beberapa pengguna bahkan mengalami rasa tertekan dan gejala depresi akibat ketegangan antara citra sosial yang harus dijaga dan kebutuhan untuk jujur terhadap diri sendiri.
Fenomena ini juga menunjukkan bahwa Gen Z mengubah cara mereka menggunakan media sosial. Mereka semakin menekankan kejujuran dan keberanian untuk mengungkapkan rasa, sekaligus berusaha menantang standar kesempurnaan yang selama ini membebani mereka. Dengan menghilangkan harapan tinggi dan algoritma yang sering menekan, akun kedua menjadi lebih inklusif.
BACA JUGA:Mengapa Gen Z Suka Curhat ke AI saat Stres?, Ini Fakta Menariknya
Meski demikian, para ahli menekankan pentingnya pemahaman dan dukungan kesehatan mental bagi pengguna akun kedua. Agar ruang bebas berekspresi ini tidak justru menjadi ruang yang memperdalam masalah psikologis, perlu ada pendekatan yang seimbang dan edukasi terkait penggunaan media sosial yang sehat.
Secara keseluruhan, akun kedua tidak hanya menjadi tren di internet, tetapi juga representasi keinginan Gen Z untuk ruang pribadi dan kejujuran di dunia yang penuh tekanan. Dengan memahami fenomena ini, masyarakat dan orang tua dapat lebih memahami dinamika dan masalah mental yang dihadapi generasi muda di era media sosial.